05 December 2015

Reksadana, Pilihan Investasi untuk Pemula

Setelah beberapa tahun memasuki dunia kerja, mungkin kita mulai memikirkan berinvestasi demi masa depan. Namanya juga investasi, enggak bisa sebentar, jadi harus mulai dilakukan sejak sekarang agar nanti tinggal menuai hasilnya. Tapi, masalah yang biasa dihadapi anak muda saat berinvestasi adalah modal yang terbatas dan minimnya pengetahuan soal investasi.

Reksadana. Foto: http://howmoneyindonesia.com/2014/03/10/berinvestasi-reksadana-bakal-semakin-mudah/

Pernah dengar soal reksadana? Saya juga pernah, tapi belum paham seluk-beluknya. Katanya, reksadana adalah salah satu jenis investasi yang cocok untuk pemula. Karena itu, saya datang ke acara 'Financial Clinic' yang digelar DetikFinance dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Oktober 2015 lalu di Balai Kartini, Jakarta.

Acara ini menghadirkan pembicara di antaranya Aidil Akbar (perencana keuangan independen) dan Poltak Hotradero (Head of Research Division of Indonesian Stock Exchange). Rangkumannya pernah saya live tweet di sini, tapi untuk lebih jelasnya Anda bisa cek pointers berikut.

11 October 2015

Review: Martabak Sinar Bulan Muara Karang

Penggemar berat martabak manis dan keju perlu mencoba Martabak Sinar Bulan di Muara Karang


Saya suka martabak. Tapi kalau ditanya lebih suka martabak manis (terang bulan) atau martabak telur, saya akan jawab lantang: martabak manis! YeahI have a sweet tooth. Kalau ditanya lebih spesifik lagi martabak manis apa yang paling saya suka, no doubt, I will answer martabak keju. Saya suka banget sama kulitnya yang tebal dan empuk, keju parutnya yang gurih, tuangan susu kental manis yang royal, dan semerbak aroma olesan margarin atau mentega saat martabak dinikmati hangat-hangat. Divine, period.

One day, I stumbled upon Detikfood and found a very thick and tantalizing martabak keju review on the headline. Look at this picture:


Super duper mouthwatering martabak keju! Foto: Detikfood
Kebayang, kan, gimana jadi saya pas ngeliat foto ini? *telan ludah*

10 June 2015

Recipe: Thai Tea Grass Jelly Pudding

Puding Thai Tea dan Cincau

Thai tea memang salah satu minuman hasil kombinasi teh dan susu. Tapi, rasanya beda dengan jika kita mencampur teh dan susu secara manual. Thai tea seperti memiliki jejak pahit dari teh pekat, namun dilunakkan oleh lembutnya susu.

Secara rasa, teh asal Thailand ini mirip teh tarik dari Malaysia. Traditionally, keduanya memang menggunakan teh Ceylon dan susu evaporasi atau susu kental manis. Bedanya, warna Thai tea cenderung oranye sedangkan teh tarik cokelat muda.

Penyajiannya juga berbeda. Thai tea dihidangkan dingin dengan urutan penuangan di gelas: es-teh-susu. Warna yang tadinya bergradasi cokelat gelap, cokelat muda, dan putih jadi cokelat kemerahan setelah diaduk. Sedangkan pada teh tarik, teh dan susunya sudah dicampur. Campuran panas ini lalu dipindahkan dari gelas satu ke gelas lain dengan cara dituang dan ditarik agar suhunya menurun, sehingga bisa langsung diminum.

Di beberapa kopitiam dan gerai bubble tea, minuman berbahan teh dan susu dikombinasikan dengan cincau hitam (bahasa gaulnya: grass jelly).  Ternyata, perpaduan ini memang serasi. Keduanya memiliki elemen lembut serta manis sedikit pahit yang harmonis.

Saya jadi terpikir menyajikan Thai tea dan cincau dalam wujud berbeda, yakni puding. Selain karena saya memang suka puding, membuatnya juga mudah.

07 June 2015

Travel: Bangkok Day 3 (Madame Tussauds and MBK Center)

Hari ini jadwalnya ke Madame Tussauds, lalu ke MBK Center. Yuhuuu!

Dari hotel, sekitar pukul 09:00, kami ke stasiun MRT Sutthisan dan naik sampai stasiun MRT Sukhumvit. Wew, berhubung hari kerja, MRT-nya penuh orang-orang yang mau beraktivitas. Suasananya mirip-mirip Commuter Line saat weekdays, lah, kira-kira. Tapi, orang-orangnya terlihat lebih tertib karena antre berdiri satu per satu sesuai garis. Bagian tengah dikosongkan untuk memudahkan penumpang keluar. Saat masuk ke MRT, penumpangnya juga maju satu per satu, enggak pake selak-menyelak.

07 May 2015

Dapet Gratisan Holygyu Waktu Ultah :D

Alhamdulillah kemarin saya masih dikasih kesempatan menikmati pengurangan umur. :D Seneng dapet ucapan selamat, kado, dan kue dari teman-teman, saudara, dan orang-orang spesial. Thanks all!

My dear officemates Tapi bukan itu yang mau saya bahas. Jadi, sejak H-1, saya sudah merencanakan akan memanfaatkan promo gratis ultah di restoran, yang hampir semuanya hanya berlaku di hari H. Karena tahun lalu saya sudah mencoba di Holycow! Steakhouse by Chef Afit, tahun ini saya memprioritaskan ke Holygyu!.

Holygyu! juga punya Chef Afit, tapi restoran ini lebih ke daging sapi (termasuk wagyu) yang diolah dengan citarasa Jepang, bukan western seperti Holycow!. Di sini ada daging sapi Kobe seharga Rp 500.000 lho seporsi!

Pulang kantor sekitar jam 18:00, saya pesan Gojek, memanfaatkan Gojek credit hasil referral code (:P). Dari kantor di daerah Slipi ke Holygyu! di Panglima Polim, tarifnya Rp 36.000.

Sampai Holygyu!, restoran sepi. Hanya ada satu pelanggan yang sedang memesan. Saat restoran sedang kosong begini, orang-orang mungkin malu makan gratis karena gengsi diperhatikan pelayan. Saya sih tidak. :D

Staf penyambut tamu dengan sopan menawarkan saya tempat duduk di depan, menghadap jendela, setelah tahu saya akan makan sendiri. Langsung saja saya menyerahkan KTP dan meminta promo ultah. Staf tadi izin pamit sebentar ke belakang untuk bertanya, dan beberapa saat kemudian datang pelayan lain.

Katanya, Wagyu Petite Tender (ini yang tadinya mau saya coba) dan Wagyu Shortrib Bone-in yang harusnya untuk gratisan ulang tahun, sedang tidak ada. Jadi, gantinya adalah Chicken Steak. Pricewise, harganya memang jauh, dari seharusnya Rp 100.000 jadi Rp 45.000. Tapi saya tidak peduli, yang penting makan. Pelayan lalu menanyakan saya mau dagingnya berbumbu manis atau asin. Sempat ngaco berpikir bahwa manis itu maksudnya dessert-like jadi bakal aneh, tapi saya ingat bahwa bumbu teriyaki kan juga manis. Jadi, saya pesan yang manis saja. Nasi atau onigiri? The second one, please!

Saat menunggu, saya diminta mengisi nomor telepon dan tanda tangan di kertas yang disodorkan, dengan bagian nama, nomor KTP, dan tanggal lahir yang sudah disalin dari KTP saya. "Buat laporan ke atasan," jelas pelayan sambil mengembalikan KTP saya.

Agak lama kemudian, pesanan saya sampai dalam hotplate yang masih berdesis. Chicken Steak porsi sedang (200-250 gram) disajikan satu wadah dengan potongan buncis, irisan wortel, dan jagung manis pipil. Ada dua buah onigiri, sup wakame, serta condiment berupa saus tsuke dare, wasabi dan bawang putih goreng, serta saus mushroom di wadah terpisah.

Chicken Steak dan aneka pelengkapnya, a la Holygyu!
Cutlery-nya disajikan lengkap kepada pelanggan sebelum memesan. Ada pisau dan garpu untuk steak, sendok bebek untuk sup, serta sumpit untuk nasi atau onigiri.

Sebagai pembuka, saya menyeruput sup wakame. Meski bening, sup dengan sedikit minyak di permukaannya ini terasa gurih kaldu. Di dalamnya terdapat beberapa helai wakame (rumput laut) yang terasa lembut sekaligus agak kenyal saat dikunyah. Sup ini ditaburi biji wijen.

Steak ayamnya lumayan lembut dan terasa agak garing di bagian kulitnya. Bumbu manisnya enak, cokelat mengilat dan agak kental dengan taburan wijen, seperti teriyaki. Buncisnya masih garing seperti disajikan tanpa dimasak, sementara wortel dan jagungnya lebih lembut.

Condiment-nya enak semua, kecuali wasabi (saya memang tidak suka wasabi). Saus tsukedare-nya yang kental dan berwarna cokelat gelap terasa manis berimbang sedikit asam. Saus jamurnya yang padat irisan jamur kancing dan berwarna cokelat creamy terasa gurih. Bawang putih gorengnyapun renyah.

Onigiri-nya sendiri di lidah nyaris tak ada beda dengan nasi putih. Soalnya, ekspektasi saya, isiannya agak banyak. Nasi kepal ini dibalut nori serta sedikit irisan tipis acar mentimun.

Oh iya, makanannya belum termasuk minuman. Jadi saya pesan iced lemon tea (Rp 15.000) yang bisa diisi ulang, walau pada kenyataannya saya cukup minum satu gelas saja.

Saat makan, saya membaca tulisan di meja. Selain soal free wagyu saat ultah, ada juga gratis Misu (tiramisu dalam cup) kalau nge-tweet atau nge-Path foto hidangan yang kita pesan sambil mention @HolyGyu_. Karena pengalaman dulu di Holycow! sudah nge-tweet ternyata Misu-nya habis, saya make sure dulu dessert ini ada kepada pelayan, baru saya nge-tweet.

Selesai makan, saya menyodorkan HP yang menampilkan tweet saya kepada pelayan. Iapun menanyakan varian Misu yang saya mau. Ada cokelat, blueberry, matcha, chocolate mousse, dan stroberi. Wah, saya pikir akan dikasih random karena gratisan, ternyata tidak! Sayapun pilih matcha.

Matcha Misu
Lapisan keju mascarpone diletakkan berselang-seling dengan ladyfinger, lalu bagian atasnya ditaburi matcha. Disajikan dingin di cup dan bertekstur lembut creamy, saya serasa makan es krim. Sudah lama saya tidak mencicipi Misu. Kalau beli, satu cup Misu dijual dengan harga Rp 17.000.

Setelah menghabiskan semua pesanan saya, rasanya kenyang. Rencana melanjutkan makan gratisan di Holycow! dan tempat lainpun batal.

Pulangnya, Gojek credit saya masih ada. Sayapun memesan ojek untuk tujuan Terminal Blok M. Biayanya Rp 25.000. Dalam hati saya berkata, mahal juga ya, padahal dekat (tak sampai 2 km). Ternyata, tarif Gojek memang mulai dari Rp 25.000. Jadi, saran saya, Gojek lebih baik dipakai untuk jarak menengah atau agak jauh. Kalau jarak dekat, rasanya lebih murah pakai jasa ojek biasa.

Pulang-pergi gratis, makan dan dessert-pun tanpa bayar di hari spesial ini. Alhamdulillah... Saya cukup mengeluarkan uang untuk minum (enggak kayak orang ini yang putus urat malu, lol) plus sedikit tip untuk pelayan Holygyu! yang ramah.

03 May 2015

Travel: Bangkok Day 2 (Chatuchak dan Saman Islam)

Ini (26/04/2015) Minggu, dan ini waktunya kami ke Chatuchak Weekend Market! Yup, pasar semi terbuka yang konon terbesar di Asia ini hanya buka Sabtu dan Minggu.

Dari hotel, pukul 08:30, kami jalan kaki ke stasiun MRT Sutthisan. Sistem MRT-nya seperti di Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia. Bedanya dengan di Kuala Lumpur, di Bangkok ticket vending machine-nya cuma ada dua tapi loketnya bisa untuk membeli tiket (di KL cuma untuk menukar uang jadi pecahan kecil yang diterima mesin). Mesin menerima uang kertas dan koin serta bisa memberikan uang kembalian (koin). Penumpang masuk dan keluar gate dengan token. Dari Sutthisan ke Chatuchak (4 stasiun), biayanya 26 baht (Rp 10.400) per orang.

Info rute yang terpajang di dinding mudah dipahami. Anda cukup mengetahui nama stasiun asal, tujuan, dan stasiun ujung yang searah dengan tujuan Anda. Misalnya, dari Sutthisan saya mau ke Chatuchak, stasiun ujungnya adalah Bang Sue. Jadi saya naik MRT arah Bang Sue.

Saat di dalam MRT, stasiun berikutnya diinfokan lewat speaker dua kali, masing-masing dengan Bahasa Thailand dan Bahasa Inggris. Di TV, di bawah iklan, juga terdapat nama stasiun berikutnya dalam dwibahasa. Jadi, kemungkinan terlewat stasiun tujuan minim.

Turun di Stasiun Chatuchak, informasi pintu keluar juga terpampang jelas. Untuk ke Chatuchak Weekend Market, ambil exit nomor 1 (if I'm not mistaken). Anda akan keluar di Chatuchak Park.

Melihat taman, langsung saya mengalungkan kamera serta mengeluarkan ponsel dan tongsis. Keduanya saya gunakan bergantian untuk selfie bersama mama saya.

A bright day in Chatuchak Park

25 April 2015

Travel: Bangkok Day 1 (Plus Review Hotel Calypzo 2)

Dari dulu saya memang tertarik pergi ke Bangkok. Sebab, kata orang-orang, di sini serba murah. Apa lagi, beberapa tahun belakangan, saya jadi doyan makanan a la Thailand. Plus, di sini buahnya mantap-mantap, terutama duriannya. *ngiler*

Akhirnya, Agustus tahun lalu saat Air Asia sedang diskon besar-besaran, saya pesan tiket. Waktu itu saya serius sekali mencari tiket sampai saya meriset long weekend di 2015 dan apakah di Air Asia harga tiketnya paling murah. Akhirnya ketemu, berangkat Sabtu tanggal 25 April 2015.

12 April 2015

Review: Bakmi Naga

Dari dulu saya penasaran ingin mampir setiap melihat gerai Bakmi Naga yang cabangnya banyak itu. Restoran ini memang legendaris, sudah berdiri sejak 1980 dan berkembang dengan sistem franchise. Kalau bisa bertahan puluhan tahun begitu, sajiannya hampir pasti enak, kan?

Akhirnya, suatu hari saat sedang berjalan-jalan di Pluit Village, saya dan keluarga mampir ke restoran Bakmi Naga. Restorannya cukup luas dengan dominasi warna oranye dan krem. Kalau duduk di area dalam, Anda bisa melihat ke arah laut lewat jendela kacanya yang besar.

Restoran Bakmi Naga di Pluit Village

Recipe: Crispy Kaya Toast a la Kopitiam

Saya suka kopitiam seperti saya menyukai warkop. Mungkin karena saya menikmati sebagian besar makanan dan minuman yang dihidangkan di sana: telur setengah matang, teh tarik, roti panggang, dan sebagainya.

Saat browsing ide 'memasak' untuk weekend ini, saya ketemu resep ini. Saya jadi terpikir bikin sarapan a la kopitiam. Kebetulan, di kulkas ada sisa cokelat masak dari resep Chocolate Lava Cake. Membuatnya mudah, kok.

Crispy kaya toast dengan semprotan cokelat leleh

08 April 2015

Recipe: Pizza Roti Tawar

Beberapa hari lalu bikin spaghetti keju panggang, tapi karena beberapa bahannya masih sisa plus ada roti tawar, saya kepikiran bikin pizza-pizza-an dengan base roti tawar. Ini resepnya ngarang sendiri, jadi kalo ada yang mau ngutip plis cantumkan link blog post ini ya... :)

Pizza Rumahan dengan Base Roti Tawar

04 April 2015

Photos: Pulau Harapan Trip

A glimpse of my trip to Pulau Harapan (Kepulauan Seribu) and the surrounding islands.

Blue Sky and Turquoise Ocean

22 March 2015

Recipe: Chocolate Lava Cake

Chocolate lava cake! Sepertinya cake satu ini jadi favorit semua orang, deh. Sebab, kue dengan nama lain chocolate fondant atau molten  chocolate cake ini memadukan cake cokelat yang hangat dengan bagian tengah yang meleleh (aww, my goodness!) dan es krim vanili dingin yang lumer di mulut. Who doesn't love that kinda heart-melting combo?

Chocolate lava cake served with vanilla ice cream and fresh strawberries

08 March 2015

Review: Beyond Cendol & Duren Bar at Pasar Santa

Es durian dan cendol
Saya bisa disebut sebagai penggemar berat durian. Makanan dan minuman apapun yang memiliki rasa atau aroma durian rasanya ingin saya coba. Bagi orang-orang seperti saya, durian adalah buah surgawi. Jangan-jangan, buah inilah yang berhasil menggoda Adam dan Hawa dulu. Hmm... rasa manis alkoholiknya serta aromanya yang wangi menusuk memang tak tertahankan!

Tak heran, kios Beyond Cendol & Duren Bar langsung menarik perhatian saya saat mampir ke Pasar Santa yang sedang hits. Apa lagi letaknya cukup strategis. Meski banyak yang antre, saya rela ikut berbaris. Demi si buah surgawi nan manis!

02 March 2015

Invited: Kamiya Japanese Restaurant at JS Luwansa

Awal bulan, gaji masih fresh. Anda tentu ingin sesekali memanjakan diri dengan makanan enak setelah tanggal tua kemarin terus-terusan makan seadanya di kantin kantor. Namun, tanggal segini, mal biasanya jadi ramai dan jalanan jadi macet, bikin malas bepergian. Hmm... Makan di restoran hotel saja, yuk!

Jangan langsung menggelengkan kepala. Sebab, tak semua restoran hotel menawarkan hidangan dengan harga muahal. Contohnya Kamiya Japanese Restaurant di JS Luwansa Hotel and Convention Center yang baru dibuka. Kamiya yang berarti 'God of Valley' menawarkan hidangan a la Tokyo kreasi Chef Seki dan tim dengan sajian andalan yang dimasak dengan teknik charcoal grill.


Pintu masuk Kamiya

22 February 2015

Review: Mix Diner & Florist

Konsep mie instan yang disajikan mirip seperti foto di kemasannya sebenarnya sudah ada di Yogyakarta sejak 2012. Namun, sekumpulan anak muda membawa konsep ini ke Jakarta sekitar pertengahan 2014 lalu. Mereka cukup sukses membuat orang-orang Jakarta penasaran dengan 'Mie Mirip', bahkan membuat mereka datang kembali.

19 February 2015

Recipe: Kue Cubit Triple Combo Cokelat Keju

Kue cubit memang membawa suasana nostalgia pada orang-orang usia 20 tahunan seperti saya. Biasanya jajanan ini dijual di gerobak yang biasa nongkrong di depan SD negeri. Sekarang kue cubit makin ngehits gara-gara ada kue cubit green tea yang dijual di tempat-tempat hipster.

Banyak orang lebih suka kue cubit setengah matang. Bagian bawahnya hangat dan empuk karena matang, sedangkan bagian atasnya masih lumer. Rasanya seperti mencolek adonan kue dan menjilati jari. Yum!

Saya sendiri enggak segitunya sama kue cubit. Tapi berhubung sepertinya kue cubit gampang dibuat dan tidak perlu pakai oven (saya agak trauma pakai oven), I gave it a try. Apa lagi bahan-bahannya kebetulan ada di dapur saya semua, jadi enggak perlu belanja lagi.




08 February 2015

Review: Nami Ice Cream

Sepertinya ini lebih cocok disebut mini review karena saya cuma mencicipi satu jenis makanan. Well, that’s all they got.

Waktu jalan-jalan ke Baywalk Pluit, ada segerombolan cewek bawa-bawa es krim berbentuk huruf ‘J’ yang lagi hits itu. Penasaran, saya dan adik-adik sayapun ‘menyelidiki’ di mana es krim tersebut dijual. Ternyata, asalnya dari sebuah booth kecil di area bazar depan Electronic Solution bernama Nami Ice Cream.

Nami sendiri merupakan nama sebuah pulau di Korea Selatan, sama seperti Jeju. Sebenarnya es krim ini lebih dikenal dengan sebutan ‘Jeju ice cream’. Berdasarkan penelusuran di Google, es krim ini sepertinya memang dijual di Pulau Jeju. Bentuknya seperti huruf J, tapi ada juga yang bentuk V atau bahkan spiral.

Di Jakarta sudah banyak kios di mal yang menjual Jeju ice cream. Nami Ice Cream inipun sukses  mengundang rasa penasaran orang-orang. Terbukti, dibanding booth lain di sekelilingnya, booth ini yang paling ramai diantre.

Penjual (kemeja putih) sedang memberikan es krim ke pelanggan di booth Nami Ice Cream

Invited: Bakerzin (New Menu February 2015)

Plaza Senayan punya banyak pilihan tempat makan. Namun kalau Anda datang bersama teman makan yang punya selera berbeda-beda, Bakerzin bisa jadi tujuan Anda. Selain sebagai casual dining, Bakerzin juga merupakan dessert cafĂ©. Menunya sangat beragam – tertuang dalam buku tebal lengkap dengan foto dan deskripsinya – ditambah lagi dengan aneka cake yang terpajang cantik di lemari display.

Area depan dan display cake

Gerai Bakerzin di Plaza Senayan terletak di sisi pojok lantai dua (lantai tengah), di antara toko-toko fashion. Anda bisa memilih tempat makan di luar (koridor mal), dalam, atau bar. Restoran asal Singapura yang sudah memiliki 13 cabang di Indonesia ini menghadirkan menu baru secara berkala, seperti yang diperkenalkan pada blogger gathering bertema  ‘Craving for New Sensation’ kemarin, Sabtu (07/02/2015).

23 January 2015

Review: Slamdunk Sandwich Co.

Kedai Mungil Slam Dunk Sandwich Co.

Saya bukan tipe orang yang selalu mengikuti tren terbaru. Tapi rasa penasaran saya tinggi dan saya suka mencoba hal-hal baru, terutama di bidang kuliner.

Jadi hari ini saya mengajak Anggara ke Pasar Santa di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Bukan karena mau ikut-ikutan jadi hipster pasar, tapi karena penasaran ada makanan apa aja di situ.

Setelah muter-muter, kami sampai ke sebuah pojok. Di antara sekian banyak kios makanan di sini, cuma ini kios yang dijaga bule. Namanya 'Slamdunk Sandwich Co'. Menunya vegan.