Pages

01 July 2010

"Kesaksian Bapak Saijah" oleh Rendra

Kesaksian Bapak Saijah*
oleh Rendra


Ketika mereka bacok leherku,
dan parang menghunjam ke tubuhku berulang kali,
kemudian mereka rampas kerbauku,
aku agak heran
bahwa tubuhku mengucurkan darah.
Sebetulnya sebelum mereka bunuh
sudah lama aku mati.

Hidup tanpa pilihan
menjadi rakyat sang Adipati
bagaikan hidup tanpa kesadaran,
sebab kesadaran dianggap tantangan kekuasaan.

Hidup tanpa daya
sebab daya ditindih ketakutan.
Setiap hari seperti mati berulang kali.
Setiap saat berharap menjadi semut
agar bisa menjadi tidak kelihatan.
Sekarang setelah mati
baru aku sadari
bahwa ketakutanku membantu penindasan,
dan sikap tidak berdaya
menyuburkan ketidakadilan.

Aku sesali tatanan hidup
yang mengurung rakyat sehingga tak berdaya.
Meski tahu akan dihukum tanpa dosa,
meski merasa akan dibunuh semena-mena
sampai saat badan meregang melepas nyawa,
aku tak pernah mengangkat tangan
untuk menangkis atau melawan.

Pikiran dan batin
tidak berani angkat suara
karena tidak punya kata-kata.

Baru sekarang setelah mati
aku sadar ingin bicara
memberikan kesaksian.

O, gunung dan lembah Tanah Jawa!
Apakah kamu sorga atau kuburan raya?
O, tanah Jawa
bunda yang bunting senantiasa,
ternyata para putramu
tak mampu membelamu.

O, kali yang membawa kesuburan,
akhirnya samodra menampung airmata.
Panen yang berlimpah setiap tahun
bukanlah rejeki petani yang menanamnya.

O, para Adipati tanah Jawa!
Tatanan hidup yang kalian tegakkan
ternyata menjadi tatanan kemandulan.
Tatanan yang tak mampu mencerdaskan bangsa.
Akhirnya kita dijajah Belanda.

Hidup tanpa pilihan
adalah hidup penuh sesalan.
Rasa putus asa
menjadi bara dendam.
Dendam yang tidak berdaya
membusukkan kehidupan.
Apa yang seharusnya diucapkan
tidak menemukan kata-kata.
Apa yang seharusnya dilakukan
tidak mendapatkan dorongannya.

Kesaksianku ini
kesaksian orang mati
yang terlambat diucapkan.
Hendaknya ia menjadi batu nisan
bagi mayatku yang hilang
karena ditendang ke dalam jurang.

*dikutip dari buku Imran Hasibuan dan Sitok Srengenge berjudul "Bredel di Udara", diterbitkan tahun 1996 oleh Penerbit Institut Arus Studi Informasi (ISAI)

No comments:

Post a Comment

Pendapat Anda?