20 July 2024

Wishlist Checked: Akhirnya Nyobain Naik Cruise!

Mak, anakmu akhirnya bisa naik kapal pesiar :')

cerobong kapal pesiar
Foto di helipad

Getting on a cruise has been on my wish list since a long time ago. Mimpi aja dulu, enggak tau ngewujudinnya kapan. Soalnya di pikiran saya kapal pesiar itu mewah, eksklusif buat orang-orang yang duitnya udah enggak tau mau di kemanain lagi.

Tau-tau, di Instagram muncul iklan kalau kapal pesiar Resorts World One untuk pertama kalinya akan berlabuh di Jakarta (Tanjung Priok). Biasanya paling dekat di Singapura, Malaysia, Thailand. Waw, menarik, yah.

Eh, pas cek harga, mundur lagi karena total sekitar Rp 30 jutaan untuk kami sekeluarga (berempat). Ini untuk yang 6 hari 5 malam, transit di negara-negara tadi tapi berangkat dan pulang dari dan ke Jakarta. Belum biaya-biaya lain yang belum ketahuan. Bingung ngomong sama suami gimana karena bertepatan sama anak kami mau masuk SD.

Bolak-balik saya cek lagi website-nya. Eh, ternyata ada paket yang 3 hari 2 malam tapi one way. Jadi kalau berangkat dari Jakarta, turun di Singapura. Nanti balik ke Jakarta ya harus beli tiket pesawat terpisah. Harganya jauh lebih terjangkau dibanding yang 6D5N.

Sebenarnya, bagi saya harga itu masih mahal, tapi kok ya kepikiran terus. Akhirnya coba ngomong sama suami dan alhamdulillah di-approve 😭. The best memang suami eike 💕

Kenapa, sih, bela-belain ngeluarin duit yang relatif enggak sedikit buat naik cruise?
  1. Wishlist udah lama.
  2. Mumpung ada yang mampir ke Jakarta. Setelah ini entah kapan lagi ada.
  3. Pas liburan sekolah. Pas juga Sabtu sampai Senin jadi suami cuma perlu cuti satu hari.
  4. Harganya cukup affordable dibanding cruise yang lain.
  5. Satu-satunya cruise yang punya sajian bersertifikasi halal (penting!)
  6. Mumpung anak bungsu saya, Rania, belum umur dua tahun, jadi belum bayar full.

Setelah dapat persetujuan suami, saya langsung bergerak mengurus ini-itu:
  1. H-1,5 bulan, perpanjang paspor yang sudah mati sejak tahun lalu sekalian buat paspor baru untuk Rania. Karena di kantor imigrasi terdekat dari rumah antrean sudah full sampai Juli, jadi saya bikin di Kanim Tanjung Priok yang dekat kantor suami. Pakai aplikasi M-Paspor. Kami datang untuk foto dan menyerahkan berkas aja (tetap harus bawa fotokopi berkas dan printout surat undangan, ya, walau semuanya sudah diupload di aplikasi 😪). Alhamdulillah waktu foto kami bisa masuk jalur prioritas karena Rania bikin paspor.
  2. Paspor sudah di tangan, akhirnya bisa pesen cruise. Saya pesan di website resminya.
  3. Setelah itu, pesan tiket pesawat dari Singapura ke Jakarta. Sedih, per orang udah 1,5 jutaan one way karena lagi high season. Padahal dulu 400 ribuan dapet.
  4. Tukar uang dollar Singapura secukupnya aja, rencana cuma buat makan di staff canteen Changi yang hanya menerima cash. Sisanya bayar apa-apa cashless ajalah pake kartu kredit suami. Kurs waktu saya tukar sekitar 1 SGD = Rp 12.000 lebih (lupa berapa tepatnya).
  5. Pesan mobile wifi Javamifi.
This was gonna be our first trip abroad as a family!

On The Way to The Cruise

You know what? Saking ngarepnya mau naik cruise, saya berdoa terus supaya diberi kelancaran. Kami juga enggak ngasih tahu siapa-siapa soal ini, not even our firstborn Raihan karena takut dia ngomong ke mana-mana dan nanya setiap detik kapanperginya kapanperginya (typical bocil). Kalau tiba-tiba ada force majeure, rugi dan sedih banget pastinya. Alhamdulillah Allah maha baik. 😭

Di email tertulis boarding sudah bisa dilakukan sejak pukul 16:30 WIB di Pelabuhan Tanjung Priok. Niat kami berangkat jam 14:00 dari Depok, eh belum selesai beberes jadi baru pesan taksi online pukul 14:30 dan lama dapetnya karena hujan deras dan jauh. Akhirnya suami memutuskan naik kereta aja. 

stasiun tanjung priok
Bukti nyata akhirnya kami naik kereta ke Stasiun Tanjung Priok

Jadi, saya dan suami bawa satu anak, satu balita, dua ransel, satu koper kabin, dan dua tas kecil nyambung-nyambung naik transportasi umum. Numpang taksi online dari rumah ke Stasiun Depok Lama, naik Commuter Line sampai Stasiun Kota, lalu nyambung kereta lagi ke Stasiun Tanjung Priok. Dari situ of course harus pesan taksi online lagi buat masuk ke terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Priok.

Mendekati terminal penumpang, saya mesem-mesem karena cerobong kapal pesiarnya sudah terlihat. I was just a few steps away from making my dream come true 😳

Kami sampai pukul 17:00 kurang sedikit. Di terminal, banyak kru yang siap mengarahkan. Karena enggak ada koper gede, kami bisa langsung masuk tanpa harus menitipkan bagasi. Setelah melewati alur melingkar-lingkar, kami diberikan kertas yang bertuliskan kelompok boarding (yang akhirnya enggak terpakai karena antrean lancar dan sepi). Setelah itu pemeriksaan tiket manual dan masuk gedung untuk pengecekan X-ray barang. Di sini, jam, HP, dan tas kecil boleh masuk.

Kami diarahkan ke antrean check-in walau sudah check-in online. Yang antre hanya boleh satu orang untuk mewakili rombongan, supaya enggak ramai. Tiket dan paspor diminta, paspor difoto satu per satu oleh petugas menggunakan aplikasi, lalu saya mendapat lanyard berisi kartu akses semua orang, termasuk bayi. Paspor-paspor dikembalikan ke saya.

Kartu sakti dan lanyardnya

Menjelang masuk garbarata menuju kapal, ada pemeriksaan lagi. Kali ini paspor kami ditahan dan akan dikembalikan setelah turun kapal nanti.

Saat menyeberangi garbarata, I couldn't hide my feelings. Nyanyi-nyanyi dan lompat-lompat kecil, bareng Raihan karena akhirnya dia tahu surprise apa yang selama ini disembunyikan orang tuanya. Fix alhamdulillah jadi juga eike naik cruise. 😭

Enggak jauh dari pintu masuk kapal, ada petugas yang meminta kartu akses kami untuk di-swipe. Baru, deh, kami masuk. Kami planga-plongo dulu karena langsung ketemu deretan kamar dan minim petunjuk what to do next. Akhirnya, kami mengikuti plang menuju lift, baru ketahuan kamar kami di kamar 10. 

Wih, tinggi dan luas amat, ya, ini kapal. Bisa punya lantai lebih dari 10 dengan segitu banyak kamar dan fasilitas lainnya. Dan uniknya, walau Resorts World Cruises setahuku based-nya di Singapura atau Malaysia yang kental budaya Tiongkoknya (informasi di sini hampir semua dalam Bahasa Inggris dan Mandarin), tapi tetap ada lantai 4 dan 13 yang bagi Chindo dianggap angka sial. Jadi, legit, kapal ini memang memiliki 13 lantai tanpa ada nomor lantai yang di-skip.

Kamar

Akhirnya, ketemu nomor kamar yang sesuai dengan yang tertulis di kartu. Kami ambil Interior Stateroom, kamar yang paling murah tanpa jendela. Ya namanya on a budget ye kan.

Tadinya pengen yang tipe Balcony biar bisa menikmati pemandangan laut sambil ngopi di balkon, eh mahal dan agak serem kalau punya balita.

Ternyata Raihan senang di Interior Stateroom karena ada kasur tingkat. Tadinya bingung, kok, enggak ada tangganya. Masa naik dari meja rias? Ternyata tangganya disimpan di bawah kasur 😆

interior stateroom resorts world one
POV Interior Stateroom dari dalam

Menurut saya, kamar ini pas buat dua dewasa dan dua anak. Selain kasur tingkat, ada single bed dan sofa bed. Enggak luas, tapi enggak terlalu sempit juga kalau sofa bed-nya dilipat.

Tempat penyimpanan banyak, mulai dari lemari, laci, sampai brankas mini. Enggak perlu bawa universal adaptor karena colokan di sini ada yang lubang dua, lubang tiga, bahkan lubang USB. Ada hairdryer dan coffee maker juga. Setiap hari, kami dikasih empat botol air mineral.

TV sudah pasti ada. Salah satu channel-nya menunjukkan posisi kapal saat ini di peta.

Luas kamar mandinyapun pas. Standard toiletries macem sabun dan sampo plus sikat gigi dan odol ada, plus empat handuk mandi, handuk tangan, dan keset. Kalau butuh toiletries tambahan kayak hair conditioner, sewing kit, sandal kamar, dan lain-lain, tinggal hubungi housekeeper aja.

Airnya kenceng, dan yang paling favorit, di shower ada pengatur angka suhunya. Jadi, enggak usah tes suhu manual. Kami biasa setel di angka 38 celcius. Yang enggak asyik di sini enggak ada bidet, baik jet spray maupun built-in. Jadi, harus pake tisu. 😢

Dream Dining Room

Habis salat Asar, mandi, lalu salat Magrib, sekitar pukul 18:30 kami ke Dream Dining Room untuk makan malam. Canggih, sebelum masuk restoran, ada mesin cuci tangan otomatis. Kalau kita mendekat, lampu akan menyala. Lalu waktu tangan kita taruh di bawah keran, air sabun akan otomatis mengalir disusul oleh air biasa selama 20 detik (?). Baru, deh, tisu keluar otomatis untuk kita mengeringkan tangan. Kalau sudah, buang ke tempat di bawahnya. Raihan jadi senang bolak-balik cuci tangan. 😄


Kami antre untuk bisa masuk ke restoran. Kirain karena penuh (peak hour). Ternyata karena di resepsionis kartu-kartu akses kami digesek dan ditanyai mau set menu apa. Sebenarnya ada pilihan set menu Chinese dan Western, tapi karena resepsionis melihat saya berhijab, dia langsung bertanya "halal?" dan saya jawab dengan "yes" sambil mengangguk. Saya lalu diberikan kertas bertuliskan meja nomor berapa yang bisa kami duduki.

Yup, Dream Dining Room ini satu-satunya restoran di kapal ini (dan kayaknya semua kapal pesiar) yang menyediakan hidangan bersertifikat halal. Dapur dan peralatannya khusus, alat makanpun disposable (tapi yang bagus gitu bukan yang murahan) supaya tidak terkontaminasi dengan hidangan nonhalal.

Seorang pelayan dengan tulisan "Indonesia" di pin namanya (Aduh lupa nanya nama mas-nya but he had been very helpful. Thanks Mas!) menjelaskan bahwa kami bisa mengambil nasi dan sup di buffet mini khusus makanan halal. Nanti lauknya akan diantarkan oleh pelayan.

Agak lama kami menunggu. Tapi waktu makanan datang, kami kaget karena jenisnya banyak! Segala protein kayaknya ada: ikan, ayam, sapi, udang, telur, domba, plus sayur. Eh, kerupuk enggak pernah ketinggalan, lho. Hehehe...

Raihan bingung mau makanan apa karena beberapa makanan terasa agak pedas. But thank God, anak-anak diberi kids meal berupa nugget ayam, bola ubi, nugget udang, dan kentang goreng. Selesai makan, pelayan akan menyajikan dessert berupa buah potong yang terdiri dari semangka, melon kuning dan hijau, serta kue basah.

Dari beberapa kali makan di restoran ini, hidangan halalnya selalu bertema Melayu (biar autentik mungkin, ya). Rasanya enak, berbumbu, tapi cenderung manis.

food served in dream dining room at resorts world one
Bayangin makanan sebanyak ini cuma dihabiskan berdua

Ini porsinya untuk berempat, tapi cuma saya dan suami yang makan. Jadinya terasa kenyangggg banget. Kami berusaha banget supaya enggak buang-buang makanan, soalnya enggak boleh dibungkus. Tapi akhirnya sebagian harus direlakan saja karena sungguh perut saya dan suami sudah enggak muat. Merasa bersalah banget 😢

Kalau ada makanan yang kamu suka, boleh, lho, minta lagi ke pelayan. Tapi, kalau kamu sudah keluar restoran lalu masuk lagi di range waktu yang sama (sarapan, makan siang, atau makan malam), kamu akan kena charge.

Buffet makanan halal di sini memang terbatas dibanding buffet non-halal, tapi bagi kami, dari porsi dan jenisnya udah mengenyangkan banget. Untuk mencegah kontaminasi dari makanan nonhalal, kita enggak boleh duduk selain di area halal dan enggak boleh mengambil makanan di buffet nonhalal meski masih di dalam restoran yang sama.

Secara interior, Dream Dining Room yang beraksen marun dan emas beludru ini terkesan mewah dan klasik dengan meja-meja bundar dan langit-langit tinggi yang bergantungkan lampu kristal. Jadi berasa bangsawan gitu. Hahaha...


Fasilitas Kapal

Keluar dari restoran, ternyata semua penumpang diarahkan ke dek untuk mengikuti simulasi keselamatan wajib. Supaya lebih tertib, setiap tamu sudah dibagi-bagi area berkumpulnya.

Seperti di pesawat, rekaman suara yang diperdengarkan lewat speaker menjelaskan tentang prosedur keselamatan, sedangkan kru kapal mencontohkan cara memakai pelampung yang benar.

simulasi keselamatan kapal pesiar
Simulasi keselamatan sebelum kapal berangkat

Sekitar pukul 21:00 WIB, kapal meninggalkan Tanjung Priok.

Kami sekeluarga mengeksplor fasilitas-fasilitas umum di kapal. Enggak nyangka, lho, kapal bisa memuat fasilitas sebanyak ini. Mau apa? You name it:
  • 13 lantai
  • Lebih dari 900 kamar, suite, penthouse, dan villa
  • 17 restoran dan kafe (3 sudah termasuk biaya menginap, sisanya berbayar) plus satu restoran khusus tamu The Palace (kamar-kamar termahal di kapal ini)
  • 1 kolam renang umum (ada seluncuran tinggi) dan 1 kolam renang khusus tamu The Palace
  • Area main seperti Timezone, kasino, lounge mahjong, dan semacamnya
  • Teater pertunjukan
  • Klub bermain anak-anak dan remaja
  • Gym, spa, salon
  • Trek joging, lapangan basket
  • Tempat belanja suvenir, kebutuhan sehari-hari, dan barang-barang bermerek

Kami nyaris salah masuk kasino (RW@Sea), tapi enggak jadi karena ada larangan foto dan video dan tidak boleh dimasuki anak di bawah umur 18 tahun. Ya maap, kita kan polos. Abis bentuk mesin-mesinnya kayak mesin dingdong (sebagian mesin ada yang di dalam dan ada yang di luar, jadi kelihatan), tapi kok cuma buat mengadu keberuntungan macem dapet hadiah tiket, koin, dll. Enggak ada yang buat mengasah ketangkasan dan lucu-lucuan gitu.

Eh, rupanya arcade room macem Time Zone yang saya maksud ada di ESC Experience Lab yang nyambung sama The Zone. Di sini bisa main VR (virtual reality), ada PS5, ada mesin Just Dance (monmaap sekali maen 10 SGD, mending maen di rumah), dan mainan-mainan seru lain. Ini semua berbayar ya gaes ya, sekitar 1-14 SGD sekali main. Cara bayarnya tinggal gesek access card kita syajaaa...

Kalau enggak mau keluar modal, tetap boleh kok masuk ke sini. Waktu itu karena sedang sepi, kami malah asyik foto-foto di jendela bulat dekat tempat main PS.

cruise window
Spot foto favorit

Di sini bisa, lho, "nitipin anak" selama dua jam. Maksudnya, anak main di Little Dreamers Club, sedangkan orang tuanya pacaran ngapain kek gitu. Di situ ada aneka mainan, playground, dan berbagai aktivitas. Oh, tapi saya tidak bisa menitipkan anak, karena Rania masih terlalu kecil sedangkan Raihan "enggak bisa basa enggres" (khawatir dia sulit berkomunikasi kalau petugasnya bukan orang Indonesia). 😂

Anak-anak juga enggak boleh masuk gym, karena minimal usianya 16 tahun. Padahal saya penasaran mau coba alat-alatnya. Di sini ada kelas berbayar dan whirlpool.

Kami sempat main basket sebentar di SportsPlex dan berfoto-foto di helipad sebelum kembali ke kamar untuk tidur karena sudah semalam itu.

Hari Kedua

Saya bangun pagi demi melihat sunrise. Kalau di Jakarta jam 6 kurang matahari mulai muncul, di perairan menuju Singapura, jam 06:30 masih gelap, gerimis pula. Gagal, deh, menyaksikan matahari terbit dari atas kapal pesiar. Sorenya kami juga enggak berhasil melihat matahari terbenam karena tertutup awan.

Anyway, semua jam di kapal berdasarkan waktu Singapura, ya. Jadi, lebihkan satu jam dari WIB.

Kami sarapan di Dream Dining tanpa mandi karena habis itu mau berenang. Setelah makan, kami menuju Parthenon Pool yang sudah lumayan ramai. Di sini kolamnya kurang luas dan dalam banget (150-180 cm) buat saya yang enggak tinggi, jadi berenangnya kurang leluasa. Orang dewasa enggak disediakan pelampung kayak anak-anak dan balita (gratis). Tapi, ada handuk gratis, kok, untuk mengeringkan badan setelah berenang.

parthenon pool resorts world one
Parthenon Pool

Aku, sih, lebih suka rendam-rendam cyantique di empat jacuzzi di sekitar kolam renang. Kirain satu jacuzzi cuma diisi orang-orang yang saling kenal, ternyata boleh aja, kok, join bareng. Airnya agak kepanasan, sih, untuk Rania, jadi dia rendam kaki aja.

Caesar's Slide alias perosotan serunya enggak boleh terlewatkan, dong. Berhubung Rania belum boleh naik (tinggi minimal 120 cm), saya dan suami gantian menemani Raihan naik slide. Ada petugas yang mengatur antrean jadi orang-orang enggak menumpuk di tangga.

Saya meluncur langsung berdua dengan Raihan dengan posisi Raihan di depan saya. Lumayan seru, nih, apalagi ada area perosotan yang transparan jadi kelihatan langsung ke bawah, bahkan ke laut. Ujung seluncurannya enggak ke kolam, tapi ada semacam bak gitu. Kita otomatis berhenti kalau udah sampai situ, lalu tinggal keluar dari slide.

Kalau mau bilas, ada ruang shower yang terpisah dari toilet (di luar, enggak perlu masuk lobi). Letaknya agak tersembunyi. Shower room laki-laki dan perempuan ada di sisi gedung yang berbeda, jadi make sure kamu nanya dulu, ya.

Internet di Kapal

Semingguan sebelum berangkat, saya pesan Global Wifi Javamifi untuk tiga hari (minimal pemesanan). Sudah tau, sih, kalau kemungkinan wifi-nya tidak jalan waktu di kapal, tapi tetap saya pesan untuk keperluan di Singapura. Sewaktu di kapal, yah, tahan-tahanin, lah, enggak ketemu dunia maya sementara. Soalnya, wifi di kapal mahal, sekitar 12 SGD/malam/device.

Eh, suami ternyata enggak tahan enggak online hahaha... Jadi dia memutuskan beli paket wifi kecepatan standar sekitar 32 SGD untuk 2 device. Ternyataa paket ini berlaku selama perjalanan, bukan per hari. Rugi dikit karena enggak pesan sejak sampai di kapal. 😔

Kalau kamu mau naik kapal pesiar, menurutku harga yang lumayan itu worth banget, sih, terutama buat kamu yang sulit lepas dari internet (misal buat game, medsos, dll. Halo gen Z!). Data Telkomsel di Tanjung Priok aja udah sinyal E. Di laut, positif data internet dan Javamifi enggak berfungsi. Kalau buat akses RW Concierge, masih bisa pakai wifi kapal secara gratis.

The Lido

Cari-cari tahu, ternyata ada satu restoran lagi yang termasuk muslim friendly (dan wajib "gratis" dong), yakni The Lido. Beda dengan Dream Dining Room yang set menu dan berkonsep elegan, The Lido yang didominasi warna biru dan putih berkonsep casual buffet. Restoran ini no pork, no lard.

Kami ke sini untuk dinner di hari kedua dan sarapan sebelum check out. Wah, ternyata kami lebih suka makan di sini karena sistem prasmanannya. Jadi, kami bisa mengambil makanan yang kami suka dengan jumlah yang kami mau. Tidak mubazir dan enggak perlu menunggu lama karena makanan sudah tinggal ambil. Menunya juga lebih variatif dan enggak melulu Melayu seperti di Dream Dining (we've had enough of spicy and coconut milk-y foods 😩).

Di area belakang The Lido, ternyata ada Lido Grill untuk bakar-bakaran seafood dan daging. Dari area ini bisa terlihat kolam renang khusus sultan alias warga The Palace.

lido grill and the palace pool resorts world one
Lido Grill dan kolam renang para sultan

Buat yang nanya, biaya menginap di sini sudah termasuk makan tiga kali sehari plus satu afternoon tea di tiga restoran di kapal (Dream Dining Room, The Lido, dan Pavillion). Restoran lainnya berbayar.

Zodiac Theater

Naik Resorts World One, setidaknya kamu harus nonton pertunjukkan di Zodiac Theater sekali saja. Jangan lupa cek jadwalnya biar enggak kelewatan.

Kami nonton pertunjukan berjudul Anime-tion (kalau enggak salah). Seru, ada dance-nya, ada teatrikalnya, ada sulapnya. Lighting-nya juga kece.


Pertunjukannya berganti setiap hari. Di poster, ada salah satu show bertema mirip Magic Mike yang berjudul Gentlemen's Gala. Tulisannya untuk 18+. Waduh, jadi penasaran.

Pulang dari Zodiac, saya bingung nyari kartu akses buat buka pintu kamar. Seingat saya, semua kartu akses saya yang kalungin dan kami enggak ke mana-mana selain Zodiac. Apa ketinggalan di kamar, ya?

Akhirnya saya telepon resepsionis lewat telepon di lobi, bilang enggak bisa masuk kamar karena kartu ketinggalan di dalam. Lalu, ada petugas datang membukakan pintu, dan ternyata di dalam kamar kartunya enggak ada!

Saya balik sendirian ke Zodiac. Pintunya tertutup, tapi kebetulan ada staf cleaning service baru keluar. Saya tanya apa dia nemu kartu akses. Katanya enggak, tapi dia ajak saya masuk untuk mengecek kembali tempat duduk saya tadi. Benar saja, semua kartu kami tergeletak di lantai di bawah kursi tadi. Rupanya kartu-kartu itu keluar dari lanyard saat saya mengangkat Rania agar dia bisa melihat panggung lebih jelas. 😅

Check Out

Di malam terakhir, kami sudah bisa mengambil paspor. Pengeluaran selama di kapal bisa dibayar lewat resepsionis (antre, bisa cash atau card) atau lewat RW Concierge (website/aplikasi, card only). 

Walaupun kita enggak beli apa-apa, tetap ada biaya gratuity (tip wajib untuk kru kapal) sebesar 27 SGD/orang anak atau dewasa/malam. Jadi, in my case, 27 SGD x 3 orang x 2 malam (Rania dihitung infant jadi enggak bayar).

Kami juga sudah isi SG Arrival Card sejak di kapal (kru selalu mengingatkan hal ini lewat pengumuman speaker) sekaligus web check in Air Asia (pesawat untuk pulang ke Jakarta). Jadi, proses check out nya smooth.

Kami ke lantai 7, lalu ke dek kapal untuk gesek kartu. Lanyard dan kartu akses bisa dibawa pulang.

Kami naik garbarata lagi untuk masuk gedung Marina Bay Cruise Centre Singapore. Ketibaan di Singapura sekitar pukul 08:15 waktu setempat.

check out resorts world one
Officially checking out :')

Singapura!

Di imigrasi, saya dan Rania plus suami dan Raihan terpisah. Sebab, anak enam tahun ke atas dan dewasa bisa lewat gerbang otomatis, sedangkan bayi dan pendampingnya harus melewati pemeriksaan manual.

Selesai urusan imigrasi, kami bertanya ke petugas tentang cara ke Mustafa Center (department store lengkap yang jual oleh-oleh). Katanya, bisa pakai MRT, tapi harus pakai satu kartu kredit (yang bisa di-tap) per orang. Ada taksi juga, tapi butuh jalan kaki dulu dan ada surcharge. Opsi terbaik sepertinya adalah Grab karena kami sudah punya aplikasinya. Kami mengganti metode pembayaran ke kartu kredit. Total ongkosnya 17,2 SGD.

Ini waktunya menyalakan mobile wifi. Alhamdulillah sinyalnya lancar.

Mustafa Centre

mustafa centre singapore
Dua bocil ditinggal emaknya belanja

It's been my third time to Singapore, tapi terakhir ke Mustafa enggak eksplor segitunya karena dalam rangka kerjaan. Kali ini saya sendirian, soalnya bocil pada rewel bosen nunggu saya belanja, jadi diajak keluar sama ayahnya. Tau, kan, kalau bagi ibu-ibu yang hampir 24 jam ditempelin anak, bisa grocery shopping sendirian itu syurga? Enggak akan saya sia-siakan me time ini!

Setelah menitipkan koper dan tas di depan, saya masuk dari Entrance 1 dan lewat eskalator. Saya menelusuri setiap rak di lantai 2 (supermarket). Area yang pertama saya masuki banyak oleh-oleh makanan dan nonmakanan. Ketemunya cokelat lagi, cokelat lagi. Saya pilih yang ada label halal (plus harus cek tanggal kedaluwarsa juga), tapi banyak ketemu produk Indonesia.

Eh, ternyata, supermarket Mustafa kayak enggak ada ujungnya! Saya telusuri terus sampai area supermarket pada umumnya yang ada bagian bahan-bahan segar, sembako, dan sebagainya. Sumpah, saya takut nyasar tapi sudah terlanjur basah. Positifnya, saya jadi dapat banyak barang menarik buat oleh-oleh, bukan sekadar cokelat, gantungan kunci, atau magnet.

Ini baru satu lantai, lho, yang saya jelajahi. Di lantai dasar ada berbagai elektronik, di basement ada pakaian, dan masih ada lantai-lantai atas. Btw, di sini produk Indianya lengkap banget. Untungnya saya ke sana di hari Senin, jadi enggak terlalu padat.

Saya berusaha balik lagi ke area oleh-oleh, dan alhamdulillah ketemu (yes, enggak jadi nyasar di negara orang 😂). Permasalahan selanjutnya adalah... Saya terpisah dengan suami yang memegang kartu kredit dan wifi. Cash pun ada di dia. Saya bawa HP tapi enggak bisa komunikasi karena enggak ada sinyal.

Setelah menitipkan keranjang isi belanjaan di dekat kasir, saya mencari suami. Kami janjian ketemu di area titip koper, tapi waktu saya keluar, dia dan anak-anak tidak ada. Saya coba jalan ke sebelah sana dan memperhatikan toko atau restoran sekitar, masih juga belum kelihatan. Wajar, sih, mereka jalan-jalan. Soalnya saya kan lama di dalam.

Saya masuk lagi ke Mustafa, bingung harus bagaimana. Coba telepon pakai roaming Telkomsel juga enggak bisa (iyalah, orang enggak daftar dulu). Saya berdoa semoga Allah pertemukan saya dengan suami. Lalu saya ke lantai basement, lihat-lihat sebentar, dan keluar lagi. Suami dan anak-anak masih belum terlihat.

Tiba-tiba ada suara tangisan balita yang terdengar familiar. Ternyata mereka sedang beli oleh-oleh di toko seberang! Alhamdulillah, Allah pertemukan saya dengan mereka lewat tangisan Rania. 😂

Singkat cerita, kami ke atas lagi untuk bayar belanjaan, turun ke area titip koper untuk ngasih "sajen" ke anak-anak (cemilan biar enggak tantrum) dan merapikan barang bawaan. Lalu, saya ke lantai basement untuk beli oleh-oleh kaos Singapura. Ternyata di sini lebih banyak pilihan dibanding di lantai supermarket tadi. Kaos yang di plastik enggak boleh dibuka, ya, gaes, karena sudah ada contohnya yang di display.

Please take note, ukurannya gede. Saya yang biasanya L dan menggendut tadinya mau ambil kaos XL biar oversize. Eh, kata Mbaknya, saya harusnya pakai S (syok terharu karena ukuran S semacam tidak ada dalam kamus hidup saya selama ini 😭). Karena mau yang oversize, saya pilih ukuran M. Dan ternyata betul pas. Bayangkan kalau saya jadi ambil XL. Suami saja bete dibeliin ukuran XL karena kegedean. Hahaha...

Oh, iya, saya beli kaos di Mustafa karena lebih banyak pilihan motif, bahannya lebih bagus (katun premium), dan ada kaos lengan panjang. Di toko-toko pinggir jalan memang lebih murah, tapi bahannya tipis dan gerah.

Kali ini saya sudah pede pakai kartu kredit sendiri. Jadi, enggak usah ngajak suami waktu bayar. Oh, iya, bayarnya boleh di lantai mana saja, lho. Kalau sudah payment, kantong belanja akan diikat cable tie supaya enggak bisa masukin belanjaan lagi. Plastik bawaan dari luar juga harus diikat dulu sebelum masuk Mustafa.

Bandara Changi

Beres berbelanja, kami pesan Grab lagi ke Bandara Changi. Total ongkosnya 22,05 SGD. Kami dapat driver orang Melayu muslim, jadi sempat ngobrol-ngobrol.

Sampai di Terminal 4, kami cek dokumen di counter Air Asia, lalu harus cek bawaan kabin. Ternyata koper kami secara volume pas, tapi beratnya 10 kg lebih. Harusnya maksimal 7 kg dan enggak bisa digabung semua penumpang. Tapi alhamdulillah kami diberi kemudahan. Kata petugas, karena flight penuh, takutnya enggak ada tempat di kabin. Jadi, Air Asia ngasih kebijakan koper bisa masuk bagasi gratis!

Changi airport singapore Terminal 4
Bandara Changi Terminal 4

Setelah ke toilet, seperti biasa Rania dan saya harus antre cek paspor manual. Lanjut melewati X-ray, kami sempat ditahan sebentar karena membawa selai, pasta gigi, dan sebagainya. Alhamdulillah, setelah dicek, lolos semua karena per item kurang dari 100 ml atau 100 gram.

Botol minum memang sudah kami kosongkan sebelumnya. Jadi, di dalam bandara, kami bisa isi ulang air minum menggunakan dispenser yang tersedia. Raihan ketagihan minum air dari keran. Hahaha... Kami juga meminjam troli untuk tas dan stroller (ini membantu banget buat bawa Rania yang rada rewel).

Niatnya makan di staff canteen, ternyata di Terminal 4 enggak ada. Akhirnya kami makan di food court lantai 2 yang hanya punya satu tenant yang bersertifikasi halal berupa nasi lemak dan roti panggang. Alhamdulillah, masih ada waktu untuk salat di Prayer Room yang juga di lantai 2.

Selesai salat, kami sempat membeli popcorn Garrett dulu di lantai 1, baru lari-lari menuju gate karena ternyata sudah bisa masuk pesawat (jadwal terbang pukul 14:45). Man, yang macadamia enak banget! Ada kacangnya beneran di antara popcorn dan jumlahnya enggak pelit! Chicago Mix-nya juga endeuss.

Anak-anak agak pada rongseng karena tadi bangun pagi, ditambah bosan dan capek muter-muter. Alhamdulillah dua-duanya di pesawat tidur dan kami sampai Jakarta 15 menit lebih awal.

Keluar di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, kami hampir saja kena gocek orang-orang berseragam hitam (bukan seragam resmi) yang menawarkan pemesanan Grabcar. Akhirnya kami pesan di mbak-mbak berseragam Gojek saja supaya lebih terpercaya. Katanya, mereka yang berseragam hitam itu akan meminta tambahan bayaran.

Nah, kalau Gojek, triknya lain lagi. Mobil yang tersedia dekat dengan pintu kedatangan adalah mobil kategori Luxe, sedangkan kategori biasa harus jalan lagi dan biasanya berebut. Karena capek, yasudlah kami ambil Luxe dan dapat yang Innova.

Kesimpulan

Sekarang H+2 minggu dan kami masih belum move on. Pelayanan para staf Resort World Cruises dari darat sampai laut semua jempolan. Krunya banyak, ramah, dan helpful. Semua sudah dipikirkan jadi alurnya sat-set. Meski kapal pesiar tempat mewah, krunya enggak mendiskriminasi saya yang (terpaksa) pakai sandal rumahan karena waktu berangkat hujan deras dan naik kereta.

Dan... Berat badan kami naik akibat di kapal kerjaannya makan kenyang, senang-senang, dan tidur melulu. Untungnya sekarang sudah balik normal lagi. 😂

Ternyata punya kartu kredit penting banget, sih, kalau mau cashless di luar negeri. Daripada tukar cash banyak-banyak, kan?

Btw, sebelum berangkat, karena saking antusiasnya, saya jadi pantengin IG story @resortsworldcruises.id terus. Jadi, udah lumayan familiar dengan apa saja yang akan kami temukan. Tapi, ada beberapa penyesalan minor yang kami alami:
  • Pas pesan tiket cruise, kirain udah enggak ada promo karena sudah bukan Labour Day, jadi kami pesan harga normal. Takut sold out juga. Eh, taunya masih ada promo. Selisihnya Rp 1 juta. Mayan kan?
  • Waktu pesan tiket pesawat, sempat ada promo launching Air Asia Move one way ke Singapura cuma Rp 500k. Tapi saya enggak berani pesan karena paspor belum jadi. Eh, selesai masa promo, harga naik jadi 3 kali lipat. 😓
  • Masuk kapal, kami enggak langsung cek RW Concierge padahal semua info ada di situ. Saya kirain di kamar bakal ada brosur jadwal kegiatan setiap fasilitas. Malah saya foto-fotoin informasi yang terpanjang di kapal secara manual. What an old-fashioned way of thinking. 😪
  • Enggak dari awal pesan wifi kapal.
  • Enggak beli suvenir macem gantungan kunci bentuk cruise (kalau magnetnya biasa aja). Padahal lagi diskon dan cruise ini bisa jadi once in a lifetime experience bagi kami. Eh, jangan-jangan nanti kesampean bisa naik cruise lagi dan beli suvenir. AAMIIN YAA ALLAH.
  • Obat-obatan, minyak telon, dan minyak kayu putih ketinggalan di laci kamar. Kok bisa, sih, cuma laci itu yang enggak dicek. 😅
  • Sandal Rania ketinggalan di Prayer Room bandara dan baru inget pas udah mau naik pesawat. Mau balik lagi, kejauhan. Untung sandalnya sudah kekecilan dan jelek. Hehe...
  • Beli kaos XL untuk suami. Jadi harus dipermak lagi deh kena Rp 25.000 (makemak irit).
  • Enggak refund GST di Mustafa. Totalnya 10 SGD. Ah, padahal lumayan tuh buat beli kaos atau jajanan lagi.
Dengan kondisi kami yang hanya bisa konsumsi halal, keuangan yang belum tak terbatas, serta bawa anak dan balita, kami merasa 3 hari 2 malam di kapal ini cukup memuaskan. We never regret this decision yang walaupun lumayan berasa di dompet tapi kapan lagi naik cruise yang mendarat di Jakarta dan lumayan terjangkau di kelasnya? Soalnya Resorts World One ini termasuk kapal pesiar yang lumayan kecil jadi bisa berlabuh di Tanjung Priok. Sekarang, kapal ini sedang melanglang buana di Taiwan, Hong Kong, Jepang, dan bahkan Dubai.

Alhamdulillah, syukur tak terhingga kepada Allah, one of my wish lists has been checked. What's next?

taking photo in front of cruise ship
See you Resorts World One!

Kalau ada pertanyaan, silakan tulis di kolom komentar, ya!

No comments:

Post a Comment

Pendapat Anda?