Dahimu
berkerut. "Barang bawaan kamu banyak banget," keluhmu sambil tetap
menurunkan dua koper besar dari bagasi mobil. Saat itu kami sedang berada di
terminal 2 Bandara Soekarno Hatta.
Aku memutar
bola mata. "Namanya juga ke Inggris, sayang. Jauh, seminggu pula,"
kataku. Akupun mengambil sebuah tas jinjing yang kelihatan besar namun dengan
mudah aku keluarkan.
"Itu
isinya apa? Kok ringan banget?" tanyamu sambil menunjuk tas jinjing tadi.
"Camilan.
Kamu tahu 'kan aku hobi ngemil."
"Setas
penuh? Ckckck..." katamu sambil menggelengkan kepala, lalu menutup pintu
bagasi.
Aku malas
membalas, tak mau merusak hari ini dengan kamu yang terus ngomel sejak
berangkat tadi. Mungkin bagi kamu hal ini terdengar konyol, tapi snack inilah
yang mewujudkan impianku ke Negeri Ratu Elizabeth.
Barang-barangku
sudah siap di troli. Kamu yang belum siap melepasku pergi. Sudah lima tahun aku
mengenalmu, dan aku hafal benar akan hobi mengomelmu setiap kali kamu merasa
akan merindukanku. Seperti waktu aku ditempatkan di luar kota tiga tahun lalu,
dan seperti saat ini.
Kamu tak
pernah suka berjauhan dariku. Kamu pernah mengatakan itu.
Tapi ini
mimpiku sejak dulu. Mimpi kedua terbesarku.
Aku mengusap
pipimu. “Cuma tujuh hari kok. Setelah itu kita rencanakan liburan ya,” kataku
sambil memaksakan senyum, padahal belum apa-apa akupun sudah merasakan rindu.
Kamu tersenyum dengan tatapan yang seperti tak mau lepas dariku, seperti pelukmu
kemudian. Sebuah kecupan di jidat terasa hangat sampai akhirnya aku harus
mendorong troli sendirian, sementara kamu masih berdiri di sana menatapku
sampai aku menghilang berbaur dengan calon penumpang lainnya.