Alhamdulillah kemarin saya masih dikasih kesempatan menikmati pengurangan umur. :D Seneng dapet ucapan selamat, kado, dan kue dari teman-teman, saudara, dan orang-orang spesial. Thanks all!
My dear officemates Tapi bukan itu yang mau saya bahas. Jadi, sejak H-1, saya sudah merencanakan akan memanfaatkan promo gratis ultah di restoran, yang hampir semuanya hanya berlaku di hari H. Karena tahun lalu saya sudah mencoba di Holycow! Steakhouse by Chef Afit, tahun ini saya memprioritaskan ke Holygyu!.
Holygyu! juga punya Chef Afit, tapi restoran ini lebih ke daging sapi (termasuk wagyu) yang diolah dengan citarasa Jepang, bukan western seperti Holycow!. Di sini ada daging sapi Kobe seharga Rp 500.000 lho seporsi!
Pulang kantor sekitar jam 18:00, saya pesan Gojek, memanfaatkan Gojek credit hasil referral code (:P). Dari kantor di daerah Slipi ke Holygyu! di Panglima Polim, tarifnya Rp 36.000.
Sampai Holygyu!, restoran sepi. Hanya ada satu pelanggan yang sedang memesan. Saat restoran sedang kosong begini, orang-orang mungkin malu makan gratis karena gengsi diperhatikan pelayan. Saya sih tidak. :D
Staf penyambut tamu dengan sopan menawarkan saya tempat duduk di depan, menghadap jendela, setelah tahu saya akan makan sendiri. Langsung saja saya menyerahkan KTP dan meminta promo ultah. Staf tadi izin pamit sebentar ke belakang untuk bertanya, dan beberapa saat kemudian datang pelayan lain.
Katanya, Wagyu Petite Tender (ini yang tadinya mau saya coba) dan Wagyu Shortrib Bone-in yang harusnya untuk gratisan ulang tahun, sedang tidak ada. Jadi, gantinya adalah Chicken Steak. Pricewise, harganya memang jauh, dari seharusnya Rp 100.000 jadi Rp 45.000. Tapi saya tidak peduli, yang penting makan. Pelayan lalu menanyakan saya mau dagingnya berbumbu manis atau asin. Sempat ngaco berpikir bahwa manis itu maksudnya dessert-like jadi bakal aneh, tapi saya ingat bahwa bumbu teriyaki kan juga manis. Jadi, saya pesan yang manis saja. Nasi atau onigiri? The second one, please!
Saat menunggu, saya diminta mengisi nomor telepon dan tanda tangan di kertas yang disodorkan, dengan bagian nama, nomor KTP, dan tanggal lahir yang sudah disalin dari KTP saya. "Buat laporan ke atasan," jelas pelayan sambil mengembalikan KTP saya.
Agak lama kemudian, pesanan saya sampai dalam hotplate yang masih berdesis. Chicken Steak porsi sedang (200-250 gram) disajikan satu wadah dengan potongan buncis, irisan wortel, dan jagung manis pipil. Ada dua buah onigiri, sup wakame, serta condiment berupa saus tsuke dare, wasabi dan bawang putih goreng, serta saus mushroom di wadah terpisah.
Chicken Steak dan aneka pelengkapnya, a la Holygyu!
Cutlery-nya disajikan lengkap kepada pelanggan sebelum memesan. Ada pisau dan garpu untuk steak, sendok bebek untuk sup, serta sumpit untuk nasi atau onigiri.
Sebagai pembuka, saya menyeruput sup wakame. Meski bening, sup dengan sedikit minyak di permukaannya ini terasa gurih kaldu. Di dalamnya terdapat beberapa helai wakame (rumput laut) yang terasa lembut sekaligus agak kenyal saat dikunyah. Sup ini ditaburi biji wijen.
Steak ayamnya lumayan lembut dan terasa agak garing di bagian kulitnya. Bumbu manisnya enak, cokelat mengilat dan agak kental dengan taburan wijen, seperti teriyaki. Buncisnya masih garing seperti disajikan tanpa dimasak, sementara wortel dan jagungnya lebih lembut.
Condiment-nya enak semua, kecuali wasabi (saya memang tidak suka wasabi). Saus tsukedare-nya yang kental dan berwarna cokelat gelap terasa manis berimbang sedikit asam. Saus jamurnya yang padat irisan jamur kancing dan berwarna cokelat creamy terasa gurih. Bawang putih gorengnyapun renyah.
Onigiri-nya sendiri di lidah nyaris tak ada beda dengan nasi putih. Soalnya, ekspektasi saya, isiannya agak banyak. Nasi kepal ini dibalut nori serta sedikit irisan tipis acar mentimun.
Oh iya, makanannya belum termasuk minuman. Jadi saya pesan iced lemon tea (Rp 15.000) yang bisa diisi ulang, walau pada kenyataannya saya cukup minum satu gelas saja.
Saat makan, saya membaca tulisan di meja. Selain soal free wagyu saat ultah, ada juga gratis Misu (tiramisu dalam cup) kalau nge-tweet atau nge-Path foto hidangan yang kita pesan sambil mention @HolyGyu_. Karena pengalaman dulu di Holycow! sudah nge-tweet ternyata Misu-nya habis, saya make sure dulu dessert ini ada kepada pelayan, baru saya nge-tweet.
Selesai makan, saya menyodorkan HP yang menampilkan tweet saya kepada pelayan. Iapun menanyakan varian Misu yang saya mau. Ada cokelat, blueberry, matcha, chocolate mousse, dan stroberi. Wah, saya pikir akan dikasih random karena gratisan, ternyata tidak! Sayapun pilih matcha.
Matcha Misu
Lapisan keju mascarpone diletakkan berselang-seling dengan ladyfinger, lalu bagian atasnya ditaburi matcha. Disajikan dingin di cup dan bertekstur lembut creamy, saya serasa makan es krim. Sudah lama saya tidak mencicipi Misu. Kalau beli, satu cup Misu dijual dengan harga Rp 17.000.
Setelah menghabiskan semua pesanan saya, rasanya kenyang. Rencana melanjutkan makan gratisan di Holycow! dan tempat lainpun batal.
Pulangnya, Gojek credit saya masih ada. Sayapun memesan ojek untuk tujuan Terminal Blok M. Biayanya Rp 25.000. Dalam hati saya berkata, mahal juga ya, padahal dekat (tak sampai 2 km). Ternyata, tarif Gojek memang mulai dari Rp 25.000. Jadi, saran saya, Gojek lebih baik dipakai untuk jarak menengah atau agak jauh. Kalau jarak dekat, rasanya lebih murah pakai jasa ojek biasa.
Pulang-pergi gratis, makan dan dessert-pun tanpa bayar di hari spesial ini. Alhamdulillah... Saya cukup mengeluarkan uang untuk minum (enggak kayak orang ini yang putus urat malu, lol) plus sedikit tip untuk pelayan Holygyu! yang ramah.
07 May 2015
Dapet Gratisan Holygyu Waktu Ultah :D
03 May 2015
Travel: Bangkok Day 2 (Chatuchak dan Saman Islam)
Ini (26/04/2015) Minggu, dan ini waktunya kami ke Chatuchak Weekend Market! Yup, pasar semi terbuka yang konon terbesar di Asia ini hanya buka Sabtu dan Minggu.
Dari hotel, pukul 08:30, kami jalan kaki ke stasiun MRT Sutthisan. Sistem MRT-nya seperti di Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia. Bedanya dengan di Kuala Lumpur, di Bangkok ticket vending machine-nya cuma ada dua tapi loketnya bisa untuk membeli tiket (di KL cuma untuk menukar uang jadi pecahan kecil yang diterima mesin). Mesin menerima uang kertas dan koin serta bisa memberikan uang kembalian (koin). Penumpang masuk dan keluar gate dengan token. Dari Sutthisan ke Chatuchak (4 stasiun), biayanya 26 baht (Rp 10.400) per orang.
Info rute yang terpajang di dinding mudah dipahami. Anda cukup mengetahui nama stasiun asal, tujuan, dan stasiun ujung yang searah dengan tujuan Anda. Misalnya, dari Sutthisan saya mau ke Chatuchak, stasiun ujungnya adalah Bang Sue. Jadi saya naik MRT arah Bang Sue.
Saat di dalam MRT, stasiun berikutnya diinfokan lewat speaker dua kali, masing-masing dengan Bahasa Thailand dan Bahasa Inggris. Di TV, di bawah iklan, juga terdapat nama stasiun berikutnya dalam dwibahasa. Jadi, kemungkinan terlewat stasiun tujuan minim.
Turun di Stasiun Chatuchak, informasi pintu keluar juga terpampang jelas. Untuk ke Chatuchak Weekend Market, ambil exit nomor 1 (if I'm not mistaken). Anda akan keluar di Chatuchak Park.
Melihat taman, langsung saya mengalungkan kamera serta mengeluarkan ponsel dan tongsis. Keduanya saya gunakan bergantian untuk selfie bersama mama saya.
Dari hotel, pukul 08:30, kami jalan kaki ke stasiun MRT Sutthisan. Sistem MRT-nya seperti di Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia. Bedanya dengan di Kuala Lumpur, di Bangkok ticket vending machine-nya cuma ada dua tapi loketnya bisa untuk membeli tiket (di KL cuma untuk menukar uang jadi pecahan kecil yang diterima mesin). Mesin menerima uang kertas dan koin serta bisa memberikan uang kembalian (koin). Penumpang masuk dan keluar gate dengan token. Dari Sutthisan ke Chatuchak (4 stasiun), biayanya 26 baht (Rp 10.400) per orang.
Info rute yang terpajang di dinding mudah dipahami. Anda cukup mengetahui nama stasiun asal, tujuan, dan stasiun ujung yang searah dengan tujuan Anda. Misalnya, dari Sutthisan saya mau ke Chatuchak, stasiun ujungnya adalah Bang Sue. Jadi saya naik MRT arah Bang Sue.
Saat di dalam MRT, stasiun berikutnya diinfokan lewat speaker dua kali, masing-masing dengan Bahasa Thailand dan Bahasa Inggris. Di TV, di bawah iklan, juga terdapat nama stasiun berikutnya dalam dwibahasa. Jadi, kemungkinan terlewat stasiun tujuan minim.
Turun di Stasiun Chatuchak, informasi pintu keluar juga terpampang jelas. Untuk ke Chatuchak Weekend Market, ambil exit nomor 1 (if I'm not mistaken). Anda akan keluar di Chatuchak Park.
Melihat taman, langsung saya mengalungkan kamera serta mengeluarkan ponsel dan tongsis. Keduanya saya gunakan bergantian untuk selfie bersama mama saya.
A bright day in Chatuchak Park |
Subscribe to:
Posts (Atom)