25 April 2015

Travel: Bangkok Day 1 (Plus Review Hotel Calypzo 2)

Dari dulu saya memang tertarik pergi ke Bangkok. Sebab, kata orang-orang, di sini serba murah. Apa lagi, beberapa tahun belakangan, saya jadi doyan makanan a la Thailand. Plus, di sini buahnya mantap-mantap, terutama duriannya. *ngiler*

Akhirnya, Agustus tahun lalu saat Air Asia sedang diskon besar-besaran, saya pesan tiket. Waktu itu saya serius sekali mencari tiket sampai saya meriset long weekend di 2015 dan apakah di Air Asia harga tiketnya paling murah. Akhirnya ketemu, berangkat Sabtu tanggal 25 April 2015.


Sejak H-2 bulan sampai H-2 jam, saya mencari tahu tentang Bangkok, termasuk membaca pengalaman orang yang sudah pernah ke sana, mencari tempat wisata, transportasinya, dan hotel yang akan saya tinggali, serta membuat itinerary.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba. Saya dan ibu saya berangkat dari rumah di Duri Kosambi ke Soekarno-Hatta pukul 14:15 dan sampai pukul 15:00 karena lewat jalan biasa. Kalau lewat tol, pasti akan sampai lebih cepat.

OOT, Terminal 3 Soetta seharusnya menyediakan tempat menjual makanan dan minuman di boarding room. Setidaknya, memasang keran-keran air minum, deh. Mesin kopi ada tiga, sih, tapi sepertinya semuanya rusak. Akhirnya kami baru bisa minum setelah beli di pesawat. *thumbs down*

Pesawat lepas landas pukul 16:30 dan tiba di Terminal 3 Don Mueang Airport, Bangkok, pukul 20:00. FYI, waktu di Jakarta dan Bangkok sama. Hmm, Don Mueang-pun tak menyediakan keran air minum. Peta Bangkok dan informasi turisme lainnya juga tak tampak.

Berhubung nominal uang saya besar (1.000 baht atau Rp 400.000), saya harus memecah uang dulu agar mudah bertransaksi. Saya yang tadinya ragu membeli SIM card akhirnya membelinya juga di sebuah minimarket di bandara.

Saya membeli SIM card merek Dtac seharga 290 baht (Rp 116.000) yang sudah termasuk akses internet unlimited 7 hari dengan kecepatan 1 GB dan free call 100 baht (Rp 40.000). Rugi, sih, sebenarnya, karena saya tidak pakai untuk telepon, hotel sudah ada wifi, plus saya hanya tinggal lima hari, tidak full pula, di Bangkok. Tapi saya malas ribet. Jadilah staf minimarket memasangkan SIM card tersebut di HP saya dan men-setting sampai internetnya bisa digunakan.

Saat menunggu, saya melihat di dekat situ ada barisan panjang. Rupanya itu antrean taksi. Totalnya ada sekitar tujuh jalur antrean. Selesai urusan SIM card, saya mengekor orang-orang di situ.

Menunggu ini tak begitu lama karena orang-orangnya terus jalan walau satu-satu. Saat tiba di depan petugas, ternyata kita tinggal menunggu supir datang. Si petugas akan memberikan selembar kertas, lalu kita ikut si supir taksi ke mobilnya. Tak perlu bertanya lagi, semua taksi di sini dijamin menyalakan argo (meter). Tapi, Anda harus menambahkan 50 baht (Rp 20.000) di total argo sebagai airport surcharge.

Saya menyerahkan kertas bertuliskan alamat hotel yang saya tuju, Calypzo 2 dalam aksara Thailand. Di perjalanan, sang supir menelepon temannya untuk menanyakan arah. Alhamdulillah, jalanan lancar dan kami sampai di hotel sekitar 45 menit kemudian. Total argo 140 baht + 50 baht airport surcharge (Rp 76.000). Ngomong-ngomong, di perjalanan kami melihat gedung bentuk gajah yang unik itu, lho.

Calypzo 2 ini hotel kecil (boutique hotel, kali, ya, istilahnya), terletak agak masuk dari jalan raya Ratchadapisek. Alhamdulillah dekat dengan Family Mart 24 jam, jadi gampang kalau perlu apa-apa. Tapi, sejak check-in, kami mengambil kesimpulan kalau hotel ini self-service.


Bagian depan hotel Calypzo 2. Hotel ini bisa dikenali dari gambar saksofonnya. Btw, kabel di Bangkok memang rata-rata semrawut seperti itu.

Sejak turun dari taksi, tidak ada bellboy yang membantu kami menurunkan koper-koper. Satpamnyapun diam saja. Resepsionisnya bertampang agak jutek dan berkemampuan Bahasa Inggris sangat terbatas.

Kami menyerahkan print bukti pemesanan hotel. Resepsionis meminta deposit 500 baht (Rp 200.000) tunai, tidak bisa pakai kartu kredit. Setelah saya minta akses wifi, kami diberi dua kertas kecil berisi username dan password untuk masing-masing satu dan tiga malam, karena kami tinggal di sini total empat malam. Setelah diberi kartu akses ke kamar, kami membawa koper sendiri ke lift dan menuju lantai tempat kamar kami berada.

Belakangan, melihat struktur hotel ini yang mungil, rasanya wajar tidak ada bellboy di sini. Dari pintu masuk ke lift dan ke kamar, jaraknya tak jauh. Asyik juga, sih, karena tidak perlu memberi uang tip.

Calypzo 2 ini hotel baru dibanding pendahulunya, Calypzo 1. Kami memilih hotel ini karena murah tapi mendapat rating yang cukup bagus di Air Asia Go. Dengan biaya per malam yang tak sampai Rp 300.000 (setelah diskon), kami mendapat fasilitas a la hotel dengan harga hostel, hanya tanpa sarapan (bisa pesan dengan biaya tambahan jika mau).

Di dalam kamar terdapat AC, springbed (kami pilih double bed), TV LED (sekitar) 25 inci dengan siaran Thailand dan internasional, lemari (ada satu bantal cadangan di dalamnya), kursi dan meja rias, kulkas, minibar (termasuk teko elektrik untuk memasak air), serta toilet duduk, shower, wastafel, dua handuk, dan toiletries.

Ada tiga stopkontak, jadi kami tak perlu pakai kabel paralel lagi. FYI, stopkontak di Thailand dan Indonesia sama. Jendelanyapun ada empat, walau di kamar saya pemandangannya menghadap gedung sebelah. Walau tidak ada water heater, air mandi di sini tidak dingin.

Overall, kamar ini pas untuk berdua, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Namun, kalau pakai extra bed, tentu saja jadi sempit. Selain itu, kamarnya berlantai keramik kayu sehingga tak terasa dingin saat diinjak (hotel tidak menyediakan sandal), kamarnyapun modern dan dibersihkan setiap hari.

Kamar di Calypzo 2. Anyway, di hotel ini, semua kamar sama (tidak ada beda tipe atau kelas)

Pardon the berantakans. Room view from bed.

However, nothing is perfect. Tempat untuk menaruh barang (meja, bufet, dsb) rasanya kurang banyak/luas, di kamar mandi kurang tempat untuk menggantung baju (hanya ada gantungan handuk), wastafel agak mampet, tempat menaruh sabun seperti akan copot, tidak ada semprotan untuk cebok di wc (personal preference :P), serta lemarinya tidak memiliki tempat untuk baju lipat.

Kamar mandi

Lemari baju dan detil handle lemari yang unik. Alih-alih ada tempat untuk baju lipat, malah ada batang alumunium di tengahnya. Saya tak paham fungsinya.

Selain itu, kami tidak bisa mematikan satu lampu saja kalau ingin tidur. Saklar dekat tempat tidur dan dekat pintu sama-sama berfungsi mematikan dua lampu, yakni di atas tempat tidur dan di atas TV. Sebuah saklar di sebelah saklar kamar mandipun tak berfungsi. Jadi, saat tidur, saya membiarkan lampu menyala karena kalau dimatikan akan gelap sekali.

BTW, saya sempat norak. Pintu sudah dikunci dua kali, tapi saat gagang pintu ditekan pintu kuncinya terbuka otomatis. Ternyata memang begitu mekanismenya. Lagi pula, seharusnya saya tak perlu khawatir, karena tanpa kartu akses, orang dari luar tak akan bisa membuka pintu, baik dikunci maupun tidak. :))

FYI:

- Untuk arah kiblat dan jadwal salat, saya pakai mobile application 'Muslim Pro'

- Untuk rujukan percakapan sehari-hari dalam Bahasa Thailand, saya pakai mobile application 'Thai Lite' (walau praktiknya saya mencatat frase-frase penting di kertas, bukan membuka Thai Lite setiap akan berkomunikasi)

- Untuk komunikasi dengan orang rumah, saya menggunakan free call 'LINE'. Walau kadang enggak nyambung (orang yang ditelepon enggak dapet notifikasi panggilan masuk), pas teleponan suara bening, enggak delay, dan enggak bergema seperti saat menggunakan fasilitas call di WhatsApp.

Untuk Anda yang tertarik menginap di Calypzo 2, cek website-nya di sini. Berikut alamatnya dalam aksara Thailand untuk mempermudah Anda menanyakan alamat ke supir taksi atau warga setempat:

52 ซอยรุ่งเรือง ถนนรัชดาภิเษก ห้วยขวาง กรุงเทพ ฯ 13310 ประเทศไทย

See you at day two!

*asumsi 1 baht: Rp 400

---

Artikel terkait:

4 comments:

  1. Wah, dapet great deal banget untuk hotelnya. Aku belum pernah pakai AirAsia Go nih, mungkin lain kali patut dicoba ya mengingat sering terbang pakai AA jg hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, alhamdulillah. Sepertinya tarif aslinya Rp 400 ribuan/malam. Lumayan karena kamarnya private (beda dengan hostel/dorm yang campur dengan orang tidak dikenal), nyaman, dan dekat stasiun MRT. Selamat mencoba ya... :)

      Delete
  2. Kak disana dapet breakfast juga kak? Hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Paket yang saya ambil itu nggak ada breakfastnya, tapi dia sediain sih dengan biaya tambahan.

      Delete

Pendapat Anda?