Ilustrasi Brazilian wax paling sopan yang bisa saya temukan di Google. Sumber dari sini |
Disclaimer: tulisan ini hanya bertujuan untuk sharing dan edukasi kepada perempuan. Men are not allowed to read this.
I know some of you girls are curious about Brazilian wax. Mau coba tapi ngeri. Gimana enggak, wax, kan, kayak cabut paksa gitu. Di ketiak aja lumayan pedih, gimana di ehem yang sensitif dan bulunya lebih tebal?
Tapi demi kalian, Dear Readers, saya rela menjadi tumbal.
Enggak, ding. Hehehe... Emang saya senang mencoba hal baru. Pengen genital bersih juga dalam waktu lama, enggak sedikit-sedikit perlu digunting atau dicukur.
Mumpung di Jakarta, saya nyari-nyari informasi soal Brazilian wax. Eh, ketemu satu tempat di website Fave. Dekat, di Mal Ciputra; lengkap, sudah dengan underarm wax; murah, cuma Rp 100.000 untuk dua treatment tadi; dan review-nya bagus. Langsung, deh, saya beli.
Nama tempat wax tersebut Khiwax and Dazzling Eyes. Saya sengaja ke sana menjelang pulang ke Sumbawa karena mau ketemu suami setelah tiga bulan LDR (eeaakk). Padahal saya sudah merasa enggak nyaman si bulu udah lebat dari kapan tau. Tapi saya tahan keinginan menggunting biar sekalian dihempas semua aja lewat wax.
Sebelum masuk, saya intip sebentar price list di X-banner di depan salon berwarna pink ini. Eh, benar, lho, voucher yang saya beli murah. Soalnya di situ tertulis underarm wax saja Rp 66.000. Saya enggak sempat lihat tarif untuk Brazilian-nya.
Saya sebenarnya sudah book by phone untuk jam 13.30. Tapi saya telat, baru sampai jam 14.00. Ada tiga customer lain yang juga sedang menunggu. Kata resepsionis, terapis yang akan melayani saya sedang di bawah. Jadi, saya menunggu dulu.
Dua customer sudah dipanggil sebelum seseorang yang tampak seperti terapis tergopoh-gopoh masuk. Saya disuruh isi data dulu di resepsionis, baru kemudian diarahkan masuk ke bilik.
Sepenglihatan saya di sini ada empat bilik kecil. Luasnya pas-pasan untuk satu buah tempat tidur, satu lemari kecil untuk meletakkan peralatan, dan sedikit ruang untuk mobilisasi terapis. Karena saya akan melakukan treatment Brazilian wax, saya diarahkan ke bilik yang letaknya di dalam.
Seperti biasa, saya diminta membuka pakaian dan menggantinya dengan kemben. Kemudian, saya tidur telentang dengan kaki mengarah ke tembok. Terapis saya yang bernama Rusti akan melakukan underarm wax dulu.
Berhubung saya sudah lumayan sering melakukan underarm wax, jadi enggak kaget. Paling kali ini karamelnya saja terasa agak terlalu panas. Untuk yang belum pernah coba, pas setrip kain ditarik, ya rasanya lumayan pedas di kulit. Tapi sebentar saja, kok.
Mbak Rusti mengajak ngobrol. Rupanya tadi dia ke bawah mau memeriksakan mata di optik. Katanya matanya minus karena tiap hari menangani tanam bulu mata alias eyelash extension. Dia enggak sadar ada telepon masuk. Yak, jadinya saya nunggu 20 menitan deh. Tapi saya hargai kejujuran Mbaknya.
Beres bagian ketiak, sekarang waktu yang ditunggu-tunggu: Brazilian. Saya diminta menukar posisi. Sekarang kepala ke arah tembok karena bagian bawah yang akan ditangani. Jujur, ini kali pertama saya melakukan ini. Mbak Rusti juga terus terang memang pertama kali akan terasa sakit. Well, I was already prepared for this.
Or so I thought.
Sempat nanya, sih, ke Mbak Rusti, ada sesuatu untuk diremas enggak just in case I cry in pain. Malah saya kepikiran bawa headset, dengerin musik untuk mengalihkan rasa sakit. :)) Tapi Mbaknya bilang, kelihatannya saya tipe orang yang tahan sakit. Kalau mengingat-ingat beberapa kejadian yang berhubungan dengan pain, saya merasa Mbak Rusti betul juga.
Dia mulai dari mons pubis sisi kanan depan. Karamel panas diambil dengan stik kayu, diputar-putar di udara supaya panasnya berkurang, lalu dioleskan ke pubic. Mbak Rusti kemudian menempelkan setrip ke pubic dan menekan-nekan setrip agar menempel.
Saya berusaha mencari obyek pandangan untuk mengalihkan rasa sakit. Apa daya, cuma ada sebuah pigura di tembok di atas kepala saya. Tapi tak apalah, daripada enggak ada sama sekali.
Saya memandangi pigura tadi sambil berusaha rileks untuk mengurangi rasa sakit. Saya ingat-ingat self-hypnotherapy pas lahiran dulu.
Here comes the moment of truth.
Detik pertama setrip dicabut cepat, rasanya masih bearable. Tapi, kok, habis itu perih, ya?
I curled in pain sambil menarik nafas lewat sela gigi.
Mbak Rusti lalu menempelkan kain basah untuk meredakan sakit. Lumayan, lho, perihnya berlangsung selama 15 detikan. Habis itu mendingan, sih. Sesekali ia menaburkan bedak dan mengusapkannya di pubic agar kulit jadi halus.
Setelah itu ia menangani pubic bagian kiri. Rasanya sama sakitnya. Lalu Mbak Rusti mulai menangani bagian depan tengah.
I really shouted that out. Asli yang ini sakit banget, terasa since the first millisecond! Dan Mbak Rusti mengakui bagian ini biasanya paling kerasa.
'Demi... Demi...' pikir saya. Sambil menahan pedih, saya mensugesti diri bahwa beauty is INDEED pain.
Life must go on. Mbak Rusti kemudian menangani labia majora kanan, lalu kiri, agak ke dalam, dan dilanjutkan dengan threading yang rasanya kayak dicubit-cubit kecil.
Terakhir, saya disuruh tidur tengkurap sambil menarik keluar both of my butt cheeks dengan kedua tangan biar Mbak Rusti bisa nyabutin bulu di bagian dalam belahan pantat. Ehm, jadi berasa pornstar kalau harus pose begini. Sambil Mbak Rusti menjalankan tugasnya, saya memikirkan stretchmark dan selulit yang kira-kira terlihat. Betapa enggak mulusnya pemandangan di depan Mbak Rusti ini.
Saya pikir waxing bagian dalam bakal lebih sakit dibanding bagian depan. Sakit sih iya, tapi jadi enggak ada apa-apanya dibanding mons pubis tengah tadi. Ibaratnya ibu lahiran pervaginam, kalau sudah melewati mulas sama kepala bayi sudah keluar, dokter ngejahit down there juga udah enggak terlalu berasa (cuma denger cerita soalnya saya dulu lahiran caesar).
Akhirnya treatment selesaiii... *goyang Bang Jali* Total waktu treatment untuk underarm dan Brazilian wax tadi sekitar 30 menit.
Mbak Rusti pesan jangan pakai deodoran, mandi air hangat, dan pakai sabun kewanitaan dulu selama satu hari. Ia kemudian pamit, membiarkan saya mengganti kemben dengan baju.
Saya intip ke bawah sana. Wih... all hair was gone, meninggalkan bintil-bintil bekas tumbuh rambut yang naik karena tercabut, which is normal.
Jadi, model waxing saya ini tipenya Hollywood alias habis semua blas. Kalau cuma dirapikan sedikit pinggirannya biar enggak ngintip dari bikini, namanya bikini wax. Tadinya saya mau sisain sedikit (landing strip)biar kayak Vi** G**ut tapi kayaknya nyusahin Mbaknya. Di salon lain, model-modelin beginian kena charge tambahan.
Setelah itu saya ke resepsionis untuk redeem voucher Fave. That's it.
Saat jalan masih terasa aneh gitu sih, sakit-sakit dikit. Tapi berangsur-angsur reda.
Saya baru ngecek lagi malamnya pas mandi. Masih kemerahan, tapi sudah enggak bintil-bintil lagi. Pas diraba, asli mulus banget kayak kulit bayi! Lebih cerah juga kelihatannya. Di bagian dalam ada sedikiit helai rambut belum tercabut, tapi okelah, bisa dicabut sendiri pakai tangan.
Hmm... tapi kok saya merasakan gejala tamu bulanan, ya, seperti kram di perut bagian bawah dan sakit lutut kanan? Kalau lihat kalender, harusnya belum waktunya. Apa ini ada hubungannya dengan waxing? Mudah-mudahan enggak. Aamiin...
Overall, saya puas, sih, di sini dengan segala faktor yang saya sebut di atas tadi (dekat, murah, servis oke, dan paket sesuai kebutuhan). Soalnya saya pernah underarm wax di tempat yang murah tapi kayak asal-asalan gitu. Sedangkan Mbak Rusti tampak gesit, know what she's doing, dan komunikatif.
Minusnya, biliknya kurang private karena hanya disekat tirai. Jadi, omongan customer sebelah bisa kedengaran. Untungnya, customer di bilik samping saya hampir selesai treatment pas saya masuk.
Selain itu, enggak ada kaca dan tempat menyimpan baju. Hanya ada satu gantungan baju kecil. Well, salon wax dengan harga segini memang rata-rata begini, sih. Yang penting, dari area tunggu, bilik enggak kelihatan dan suaranya enggak kedengaran.
Di sini juga bisa pasang eyelash extension, sulam alis, dan facial Korea, lo.
Malu, enggak, sih? Saya, sih, enggak (kecuali pas waxing bagian belakang). Mungkin karena terapisnya perempuan, komunikatif, dan saya enggak harus super ngangkang kayak mau periksa dalam di bidan. Lagi pula, saya sibuk mengalihkan pikiran agar enggak stres mengantisipasi rasa sakit.
Kapok, enggak? Enggak, tuh. Sakitnya relatif sebentar dibanding rasa nyaman tanpa bulu kemaluan selama sebulanan (it rhymes!).
Komentar suami? Mana tau, cuy, masih LDR-an. :')) Kalau kata Eva Longoria, sih: "Every woman should try a Brazilian wax once. And then the sex they have afterward will make them keep coming back!" Hmm... Nanti kita buktikan kebenarannya. Tapi enggak usah ditulis di sini juga kali yee...
Konon katanya buat Brazilian lebih enggak sakit hard wax (enggak perlu pakai setrip, karamelnya bisa langsung dikelupas) dibanding soft wax kayak saya. Benar, enggak, sih?
Khiwax and Dazzling Eyes
Alamat:
Mal Ciputra (Citraland) lantai 4, Grogol
Jakarta Barat
Kontak
Nomor telepon: 021-5661170
WhatsApp: 081311111657 (book lebih baik by phone. Kalau WA lama balasnya)
Instagram: @khiwaxdazzling
Harga: Rp 100.000 (untuk paket underarm dan Brazilian wax di myfave.com)
Salon Waxing di Jakarta Barat
Mumpung di Jakarta, saya nyari-nyari informasi soal Brazilian wax. Eh, ketemu satu tempat di website Fave. Dekat, di Mal Ciputra; lengkap, sudah dengan underarm wax; murah, cuma Rp 100.000 untuk dua treatment tadi; dan review-nya bagus. Langsung, deh, saya beli.
Nama tempat wax tersebut Khiwax and Dazzling Eyes. Saya sengaja ke sana menjelang pulang ke Sumbawa karena mau ketemu suami setelah tiga bulan LDR (eeaakk). Padahal saya sudah merasa enggak nyaman si bulu udah lebat dari kapan tau. Tapi saya tahan keinginan menggunting biar sekalian dihempas semua aja lewat wax.
Sebelum masuk, saya intip sebentar price list di X-banner di depan salon berwarna pink ini. Eh, benar, lho, voucher yang saya beli murah. Soalnya di situ tertulis underarm wax saja Rp 66.000. Saya enggak sempat lihat tarif untuk Brazilian-nya.
Saya sebenarnya sudah book by phone untuk jam 13.30. Tapi saya telat, baru sampai jam 14.00. Ada tiga customer lain yang juga sedang menunggu. Kata resepsionis, terapis yang akan melayani saya sedang di bawah. Jadi, saya menunggu dulu.
Dua customer sudah dipanggil sebelum seseorang yang tampak seperti terapis tergopoh-gopoh masuk. Saya disuruh isi data dulu di resepsionis, baru kemudian diarahkan masuk ke bilik.
Sepenglihatan saya di sini ada empat bilik kecil. Luasnya pas-pasan untuk satu buah tempat tidur, satu lemari kecil untuk meletakkan peralatan, dan sedikit ruang untuk mobilisasi terapis. Karena saya akan melakukan treatment Brazilian wax, saya diarahkan ke bilik yang letaknya di dalam.
Underam Wax
Seperti biasa, saya diminta membuka pakaian dan menggantinya dengan kemben. Kemudian, saya tidur telentang dengan kaki mengarah ke tembok. Terapis saya yang bernama Rusti akan melakukan underarm wax dulu.
Berhubung saya sudah lumayan sering melakukan underarm wax, jadi enggak kaget. Paling kali ini karamelnya saja terasa agak terlalu panas. Untuk yang belum pernah coba, pas setrip kain ditarik, ya rasanya lumayan pedas di kulit. Tapi sebentar saja, kok.
Mbak Rusti mengajak ngobrol. Rupanya tadi dia ke bawah mau memeriksakan mata di optik. Katanya matanya minus karena tiap hari menangani tanam bulu mata alias eyelash extension. Dia enggak sadar ada telepon masuk. Yak, jadinya saya nunggu 20 menitan deh. Tapi saya hargai kejujuran Mbaknya.
Brazilian Wax
Beres bagian ketiak, sekarang waktu yang ditunggu-tunggu: Brazilian. Saya diminta menukar posisi. Sekarang kepala ke arah tembok karena bagian bawah yang akan ditangani. Jujur, ini kali pertama saya melakukan ini. Mbak Rusti juga terus terang memang pertama kali akan terasa sakit. Well, I was already prepared for this.
Or so I thought.
Sempat nanya, sih, ke Mbak Rusti, ada sesuatu untuk diremas enggak just in case I cry in pain. Malah saya kepikiran bawa headset, dengerin musik untuk mengalihkan rasa sakit. :)) Tapi Mbaknya bilang, kelihatannya saya tipe orang yang tahan sakit. Kalau mengingat-ingat beberapa kejadian yang berhubungan dengan pain, saya merasa Mbak Rusti betul juga.
Dia mulai dari mons pubis sisi kanan depan. Karamel panas diambil dengan stik kayu, diputar-putar di udara supaya panasnya berkurang, lalu dioleskan ke pubic. Mbak Rusti kemudian menempelkan setrip ke pubic dan menekan-nekan setrip agar menempel.
Saya berusaha mencari obyek pandangan untuk mengalihkan rasa sakit. Apa daya, cuma ada sebuah pigura di tembok di atas kepala saya. Tapi tak apalah, daripada enggak ada sama sekali.
Saya memandangi pigura tadi sambil berusaha rileks untuk mengurangi rasa sakit. Saya ingat-ingat self-hypnotherapy pas lahiran dulu.
Here comes the moment of truth.
Detik pertama setrip dicabut cepat, rasanya masih bearable. Tapi, kok, habis itu perih, ya?
I curled in pain sambil menarik nafas lewat sela gigi.
Mbak Rusti lalu menempelkan kain basah untuk meredakan sakit. Lumayan, lho, perihnya berlangsung selama 15 detikan. Habis itu mendingan, sih. Sesekali ia menaburkan bedak dan mengusapkannya di pubic agar kulit jadi halus.
Setelah itu ia menangani pubic bagian kiri. Rasanya sama sakitnya. Lalu Mbak Rusti mulai menangani bagian depan tengah.
Srek. Suara setrip dicabut.
"OH MY GODDD!"I really shouted that out. Asli yang ini sakit banget, terasa since the first millisecond! Dan Mbak Rusti mengakui bagian ini biasanya paling kerasa.
'Demi... Demi...' pikir saya. Sambil menahan pedih, saya mensugesti diri bahwa beauty is INDEED pain.
Life must go on. Mbak Rusti kemudian menangani labia majora kanan, lalu kiri, agak ke dalam, dan dilanjutkan dengan threading yang rasanya kayak dicubit-cubit kecil.
Terakhir, saya disuruh tidur tengkurap sambil menarik keluar both of my butt cheeks dengan kedua tangan biar Mbak Rusti bisa nyabutin bulu di bagian dalam belahan pantat. Ehm, jadi berasa pornstar kalau harus pose begini. Sambil Mbak Rusti menjalankan tugasnya, saya memikirkan stretchmark dan selulit yang kira-kira terlihat. Betapa enggak mulusnya pemandangan di depan Mbak Rusti ini.
Saya pikir waxing bagian dalam bakal lebih sakit dibanding bagian depan. Sakit sih iya, tapi jadi enggak ada apa-apanya dibanding mons pubis tengah tadi. Ibaratnya ibu lahiran pervaginam, kalau sudah melewati mulas sama kepala bayi sudah keluar, dokter ngejahit down there juga udah enggak terlalu berasa (cuma denger cerita soalnya saya dulu lahiran caesar).
Akhirnya treatment selesaiii... *goyang Bang Jali* Total waktu treatment untuk underarm dan Brazilian wax tadi sekitar 30 menit.
Mbak Rusti pesan jangan pakai deodoran, mandi air hangat, dan pakai sabun kewanitaan dulu selama satu hari. Ia kemudian pamit, membiarkan saya mengganti kemben dengan baju.
Saya intip ke bawah sana. Wih... all hair was gone, meninggalkan bintil-bintil bekas tumbuh rambut yang naik karena tercabut, which is normal.
Jadi, model waxing saya ini tipenya Hollywood alias habis semua blas. Kalau cuma dirapikan sedikit pinggirannya biar enggak ngintip dari bikini, namanya bikini wax. Tadinya saya mau sisain sedikit (landing strip)
Setelah itu saya ke resepsionis untuk redeem voucher Fave. That's it.
Post-Brazilian
Saat jalan masih terasa aneh gitu sih, sakit-sakit dikit. Tapi berangsur-angsur reda.
Saya baru ngecek lagi malamnya pas mandi. Masih kemerahan, tapi sudah enggak bintil-bintil lagi. Pas diraba, asli mulus banget kayak kulit bayi! Lebih cerah juga kelihatannya. Di bagian dalam ada sedikiit helai rambut belum tercabut, tapi okelah, bisa dicabut sendiri pakai tangan.
Hmm... tapi kok saya merasakan gejala tamu bulanan, ya, seperti kram di perut bagian bawah dan sakit lutut kanan? Kalau lihat kalender, harusnya belum waktunya. Apa ini ada hubungannya dengan waxing? Mudah-mudahan enggak. Aamiin...
Kesimpulannya...
Overall, saya puas, sih, di sini dengan segala faktor yang saya sebut di atas tadi (dekat, murah, servis oke, dan paket sesuai kebutuhan). Soalnya saya pernah underarm wax di tempat yang murah tapi kayak asal-asalan gitu. Sedangkan Mbak Rusti tampak gesit, know what she's doing, dan komunikatif.
Minusnya, biliknya kurang private karena hanya disekat tirai. Jadi, omongan customer sebelah bisa kedengaran. Untungnya, customer di bilik samping saya hampir selesai treatment pas saya masuk.
Selain itu, enggak ada kaca dan tempat menyimpan baju. Hanya ada satu gantungan baju kecil. Well, salon wax dengan harga segini memang rata-rata begini, sih. Yang penting, dari area tunggu, bilik enggak kelihatan dan suaranya enggak kedengaran.
Di sini juga bisa pasang eyelash extension, sulam alis, dan facial Korea, lo.
FAQ
Malu, enggak, sih? Saya, sih, enggak (kecuali pas waxing bagian belakang). Mungkin karena terapisnya perempuan, komunikatif, dan saya enggak harus super ngangkang kayak mau periksa dalam di bidan. Lagi pula, saya sibuk mengalihkan pikiran agar enggak stres mengantisipasi rasa sakit.
Kapok, enggak? Enggak, tuh. Sakitnya relatif sebentar dibanding rasa nyaman tanpa bulu kemaluan selama sebulanan (it rhymes!).
Komentar suami? Mana tau, cuy, masih LDR-an. :')) Kalau kata Eva Longoria, sih: "Every woman should try a Brazilian wax once. And then the sex they have afterward will make them keep coming back!" Hmm... Nanti kita buktikan kebenarannya. Tapi enggak usah ditulis di sini juga kali yee...
Konon katanya buat Brazilian lebih enggak sakit hard wax (enggak perlu pakai setrip, karamelnya bisa langsung dikelupas) dibanding soft wax kayak saya. Benar, enggak, sih?
Khiwax and Dazzling Eyes
Alamat:
Mal Ciputra (Citraland) lantai 4, Grogol
Jakarta Barat
Kontak
Nomor telepon: 021-5661170
WhatsApp: 081311111657 (book lebih baik by phone. Kalau WA lama balasnya)
Instagram: @khiwaxdazzling
Harga: Rp 100.000 (untuk paket underarm dan Brazilian wax di myfave.com)
Thank you for sharing your information. Really i like this article.
ReplyDeletenice info sangat membantu
ReplyDeleteemina indonesia