31 May 2014

Wish You Were Here

Dahimu berkerut. "Barang bawaan kamu banyak banget," keluhmu sambil tetap menurunkan dua koper besar dari bagasi mobil. Saat itu kami sedang berada di terminal 2 Bandara Soekarno Hatta.

Aku memutar bola mata. "Namanya juga ke Inggris, sayang. Jauh, seminggu pula," kataku. Akupun mengambil sebuah tas jinjing yang kelihatan besar namun dengan mudah aku keluarkan.

"Itu isinya apa? Kok ringan banget?" tanyamu sambil menunjuk tas jinjing tadi.

"Camilan. Kamu tahu 'kan aku hobi ngemil."

"Setas penuh? Ckckck..." katamu sambil menggelengkan kepala, lalu menutup pintu bagasi.

Aku malas membalas, tak mau merusak hari ini dengan kamu yang terus ngomel sejak berangkat tadi. Mungkin bagi kamu hal ini terdengar konyol, tapi snack inilah yang mewujudkan impianku ke Negeri Ratu Elizabeth.

Barang-barangku sudah siap di troli. Kamu yang belum siap melepasku pergi. Sudah lima tahun aku mengenalmu, dan aku hafal benar akan hobi mengomelmu setiap kali kamu merasa akan merindukanku. Seperti waktu aku ditempatkan di luar kota tiga tahun lalu, dan seperti saat ini.

Kamu tak pernah suka berjauhan dariku. Kamu pernah mengatakan itu.

Tapi ini mimpiku sejak dulu. Mimpi kedua terbesarku.

Aku mengusap pipimu. “Cuma tujuh hari kok. Setelah itu kita rencanakan liburan ya,” kataku sambil memaksakan senyum, padahal belum apa-apa akupun sudah merasakan rindu.

Kamu tersenyum dengan tatapan yang seperti tak mau lepas dariku, seperti pelukmu kemudian. Sebuah kecupan di jidat terasa hangat sampai akhirnya aku harus mendorong troli sendirian, sementara kamu masih berdiri di sana menatapku sampai aku menghilang berbaur dengan calon penumpang lainnya.