17 February 2020

Travel: Trip Mataram ke Gili Air, Meno, dan Trawangan Plus Review Hotel

Ada tips naik kapal dari Lombok menuju Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan...
... plus mini review Puji Homestay Mataram, villa Les Jardins de Gili di Gili Trawangan, dan Nutana Hotel Mataram.


Morning taro latte with pool view


Which one do you prefer, Bali or Lombok? Kalau saya, mungkin karena kurang eksplor Bali kali, ya (seringnya ke Pantai Kuta), jadi saya lebih suka Lombok. Menurut saya Lombok itu kayak Bali versi lebih muslim-friendly. Kadang saya siwer, pas lagi di Lombok ngerasa lagi di Bali, tapi kok banyak masjid. Terus, Lombok bagi saya nggak se-bule Bali. No offense, ya. Ini preferensi aja, kan.

Karena suami ditugaskan di Sumbawa udah tiga tahun, kami lumayan puas keliling Lombok. Dua pulau ini memang bersebelahan, tapi jujur saya lebih suka di Lombok. 🤭 Di Lombok ada mall (untuk mengecharge jiwa kekotaan kami), tempat wisatanya juga bagus-bagus karena dikelola dan dikembangkan. 

Sedangkan Sumbawa bagus... untuk menabung. Kotanya sederhana, enggak ada mall, bioskop, kayaknya lift sama eskalator juga enggak ada, daerah wisatanyapun cenderung apa adanya. Jadi di Sumbawa kami mengumpulkan uang. Nah, pas jiwa kekotaan kami perlu di-recharge, kami ke Mataram atau Jakarta (saya pulang kampung) dan "menghamburkan" uang yang sudah kami tabung tadi.

Tempat-tempat wisata di sekitar Lombok rata-rata sudah kami kunjungi... kecuali tiga gili (pulau kecil). Karena kami memprediksi suami akan dimutasi homebase tahun ini (AAMIIN), mumpung masih di Sumbawa, kami harus menyempatkan waktu mengunjungi Gili Air, Meno, dan Trawangan.

Long story short, suami akhirnya ngambil cuti dadakan di tengah Februari karena nunggu tanggal merah kelamaan. Dari Sumbawa kami naik travel Jumat jam 9 malam, sampai Mataram jam 3 pagi. Kami prefer malam karena pernah ngalamin naik travel siang, buset lama perjalanannya bisa selisih 2-3 jam lebih lama karena macet atau ketinggalan kapal.

Review Puji Homestay Mataram

Di Mataram, kami numpang tidur di Puji Homestay yang letaknya pas di belakang pool travel Panca Sari. Jadi, kami bisa jalan kaki. 

Kalau untuk numpang tidur doang, tempat langganan kami ini murah dan layak, kayak kos-kosan bersih gitu. Kekurangannya cuma satu, di dekat situ banyak anjing yang doyan menggonggong dan menghadang orang lewat di malam hari.

Kann kampret, eh, asu (literally), yaaa. Kita udah lelah 6 jam plus-plus di perjalanan, sampe dini hari, eh masih kudu deg-degan betis kecokot. Untungnya suka ada yang bantu ngusirin, dan sekarang kami udah tau triknya. Apa, tuh? Coba jangan takut dan "hush... hush..." aja anjingnya.

Menuju Tiga Gili

Paginya, setelah sarapan, kami naik Grabcar ke Pelabuhan Bangsal. Perjalanan sekitar 1,5 jam-an dengan biaya sekitar Rp 120.000 karena emang jauh gaes (21 km).

Dari Bangsal, kamu bisa pilih naik public boat yang cuma Rp 13.000-35.000/orang tapi nunggu penuh 40 orang atau fast boat yang Rp 85.000/orang tapi berangkatnya sejam sekali.

Gili Air

Karena tujuan pertama kami Gili Air yang agak sepi, kami merasa nunggu 40 orang akan terlalu lama. Jadi kami naik fast boat. Waktu tempuh kayaknya cuma 15 menit.

Di Gili Air enggak ada tujuan, cuma pengen tau aja. Kami muter-muter jalan kaki jauuh dan di tengah siang bolong. Akhirnya kami numpang minum es teh fancy di Scallywags.

Mint and passion fruit iced tea in jug, at Scallywags. IDR 85K.

Kafe dan resto di 3 Gili ini kayak restoran casual di mall Jakarta. Harga makanannya Rp 60.000 ke atas. Understandable, sih, karena targetnya bule, barang harus dikirim dari Lombok, dan tempatnya bagus.

Dari Gili Air, kami ke Gili Meno naik fast boat lagi.

Gili Meno

Setelah itu kami ke Gili Meno. Lucunya, fast boat enggak bisa merapat sampai ke tepi pantai, supposedly karena perairan dangkal. Jadi, kami pakai boat transfer, semacam kapal terbuka yang nyeberangin doang beberapa meter hahaha...

Karena Gili Meno sepi dan jadwal kapal ke Trawangan rada mepet, kami cuma mampir ke danaunya naik cidomo a.k.a delman a.k.a andong dengan tarif Rp 150.000 PP. Iya, guys, jadi di tengah pulau kecil ini ada danau air asin. Tapi danaunya gitu aja, sih. Ada jembatannya tapi ambruk di tengah jadi enggak bisa jalan sampai ujung. Not worth the visit, menurut saya.

Jembatan danau di Gili Meno

Gili Trawangan

Habis itu kami ke Gili Trawangan, tapi pakai public boat yang bayarnya Rp 35.000/orang. Kali ini enggak perlu nunggu 40 orang karena bukan dari Bangsal.

Gili Trawangan keliatan rame banget, beda sama Gili Air apa lagi Gili Meno. Jadi benar adanya kata orang-orang. Urutan dari tingkat keramean adalah Trawangan - Air - Meno.

Karena kami bakal nginep di Trawangan sampe besok pagi, kami memutuskan sewa sepeda di pelabuhan biar balikin lagi ke sana pas mau cabs. Harganya Rp 50.000/sepeda/24 jam. Saya request yang ada tempat duduk balitanya biar bisa bonceng Raihan. Alhamdulillah dapet yang boncengan depan, jadi saya bisa mengawasi Raihan selagi ngegowes dan diapun lebih happy lihat pemandangan tanpa terhalang.

Review Les Jardins de Gili

Berasa honeymoon lagi uhukk
Kami sudah pesan kamar di Les Jardins de Gili, dulu namanya Les Villa Ottalia. Tempat ini saya pilih karena selain rating-nya bagus, juga karena ada private pool (skinny dipping checked, LOL). Suasana penginapannyapun tradisional gitu bukan modern, biar berasa lagi di pulau.

Saya sudah baca review, sih, kalau hotel ini jauh ke mana-mana, tapi enggak nyangka ternyata sejauh itu ke dalam. Untung enggak jadi jalan kaki ke sini.😅 Dari depan hotelpun masuk kira-kira 70 meter ke tempat parkir sepeda, lalu jalan kaki 50 meter sampai ke villa yang akan saya tempati.

Saya pesan one bedroom superior villa with private pool di Traveloka dengan tarif Rp 550.000) malam. Expect-nya begini aja...

Villa Superior with Private Pool. Foto: Les Jardins de Gili

Eh ternyata di-upgrade ke deluxe (rate Rp 650.000) karena yang superior penuh. Alhamdulillah...




Ini plus minusnya Les Jardins de Gili, terutama villa yang saya tempati:

Plus:
  • Villa dengan private pool cuma Rp 500-600 ribuan per malem, gaes! So far saya belum pernah nemu penginapan private pool dengan tarif di bawah Rp 700.000, jadi happy nemu yang begini, di-upgrade pula. Btw, itu harga di Traveloka, ya, yang saya cek paling murah saat itu. Dan itu enggak pake promo. Harga di Booking.com dan Tiket.com sama, selisih Rp 50.000 dari harga yang saya dapat. Kan mayan. Pesan moral: selalu bandingkan harga hotel dari beberapa website sebelum memesan.
  • Ukuran kolam renangnya sedang. Kalau di penginapan pinggir pantai ukuran segini sharing sama semua tamu hotel trus posisinya di depan hotel jadi diliatin orang-orang lewat.
  • Kolam renangnya punya undakan yang cukup lebar dan dangkal buat tempat berenang bocah. Tinggi bagian dewasanya sekitar 140 cm, penting buat orang enggak tinggi kayak saya.
  • Tenang karena jauh dari pusat jedag-jedug
  • Deluxe lengkap sampe ada kompor, kulkas, dan peralatan makan. Jadi eike bisa sarapan pake Indomie seleraku karena enggak dapet breakfast. Ada meja makan, taman, bean bag gede, dan sofa buat bermalas-malasan outdoor. Karena saya tipe yang suka duduk-duduk ngeliatin pemandangan, love it banget!
  • TV-nya kece. 40 inch maybe dan gambarnya tajem banget. Pake TransVision jadi banyak pilihan acara dan film.
  • Kamar mandinya gede
  • Disediain kelambu tapi ternyata enggak nyamukan (ralat: pas siang baru kerasa nyamuknya)

Minus:
  • Jauhh dan lewatin beberapa jalanan tanpa lampu kalo malem
  • Kolam rada butek, bikin insekyur mau nyebur. Namanya rimbun, ye, kan, takut ada binatang tak diharapkan
  • Nginep di villa with private pool kudu ngawasin kalo punya bocah. Takut kecebur.

Setelah berenang dan mandi, kami siap-siap mau lihat sunset di pantai barat. Cuss naik sepeda. Eh, ternyata sunset-nya ketutupan awan jadi kelihatan semburat lembayung aja. 

Kami then menuju Gili Trawangan Night Market buat cari makan. Tapi ternyata tempatnya jauh banget dari pantai barat, jadi kayak ngerasa ngelilingin satu pulau. Trawangan rupanya luass. Kami sampe ngelewatin tempat rame, lalu sepi, lalu rame lagi, dan seterusnya. Positifnya jadi tau penginapan mewah dan lucu-lucu.

Aneka lauk matang di Night Market Gili Trawangan

Kata orang, Gili Trawangan tempat bule party, sedangkan Gili Air buat keluarga dan Gili Meno buat honeymooners. Memang, di Trawangan banyak beach club. Menu restorannyapun bule-bule dan ada pork and spirits. So, I thought the introverted me would like Gili Air or Gili Meno more. However, I think I'm in love with Gili Trawangan instead.

Apa ini efek saya sepedaan terus, ya, di sana? Udah lama enggak sepedaan, jadi mungkin hormon endorfin (?) meningkat karena beraktivitas fisik sembari menikmati udara segar dan pemandangan cantik. Jadi berasa happy aja gitu di Gili Trawangan. Atau, bisa jadi karena saya lagi enggak mikirin kerjaan dan ninggalin laptop di rumah. Hahaha...

Vibe-nya liburan banget dan memang Bali banget, sih. Penginapannya banyak yang gemessh kombinasi warna putih dan biru atau tosca favorit akoh yang mengingatkan akan tema nautical atau ala Santorini. Ada juga hotel serba pink. :3

Di Trawangan, kami nginep semalam aja. Besoknya, kami naik public boat ke Bangsal jam 11:00.

Tips dan Informasi Naik Kapan dari dan Menuju Gili Trawangan, Meno, dan Air

Nyeberang dari Pulau Lombok ke 3 Gili bisa lewat Teluk Nara atau Bangsal.

Teluk Nara:


  • Lokasi di area Senggigi. Lebih dekat dari Mataram.
  • Lebih dekat juga ke Gili, jadi lebih cepat sampai.
  • Melayani private boat dan speed boat. Karena bisa book sekapal, pemberangkatan bisa kapan aja. Cocok buat yang datang rombongan atau dari bandara ke sana malam-malam.
  • Kalau enggak rombongan, jatuhnya lebih mahal. Mungkin kalau rame-rame hitungan per pax-nya jadi relatif terjangkau.

Pelabuhan Bangsal:


  • Lebih jauh dari Mataram dan ke 3 Gili.
  • Tapi jarak ke Gili lamanya enggak signifikan, kok. Trawangan sebagai gili yang paling jauh aja ke Bangsal cuma 25 menit dan itu pake public boat.
  • Pelabuhan ini beroperasi cuma sampai pukul 17:00 WITA.
  • Opsi kapal: public boat dengan tarif sekitar Rp 35.000/orang dan fast boat Rp 85.000/orang.
  • Public boat nunggu minimal 40 orang baru jalan.
  • Soal kenyamanan, menurut saya public boat fine-fine aja, kok. Pas weekend kemarin yang naik rata-rata turis, jadi nyaman. Mungkin pas weekdays ada penduduk yang bawa sayur sama barang gede kali, ya.
  • Fast boat berangkat setiap jam. Ini jadwalnya:


Jadwal fast boat Bangsal, Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air PP


  • Fast boat slightly lebih cepet sampe dan yang naik bisa dibilang turis semua.

Saran saya:

  • Bangsal-Trawangan dan sebaliknya lebih baik naik public boat karena lebih murah.
  • Trawangan paling rame di antara 3 Gili, jadi kuota minimal 40 orang akan cepet keisi.
  • Sebaiknya hindari naik public boat Bangsal-Air/Meno. Karena dua pulau tersebut sepi, kamu bakal lamaa nunggu kapal jalan.
  • Bangsal ke Air/Meno baiknya naik fast boat karena bisa disesuaikan dengan jadwal, enggak perlu nunggu penuh.
  • Preferensi public/fast boat juga bisa tergantung jadwal yang dimau. Jangan lupa fotoin jadwalnya di ticket office setiap pulau atau di Bangsal yaa
Another Gili tip:
- Tidak ada kendaraan bermotor di semua gili. Transportasi cuma berupa cidomo (delman) dan sepeda atau sepeda listrik. Saran saya, sih, bawa ransel aja biar bisa sepedaan dengan nyaman.
- Kalau punya waktu singkat, saran saya langsung ke Gili Trawangan saja. The other two can be skipped. Tapi kalau penasaran, bolehlah datangi ketiganya. Honeymooners kalau mau ke Trawangan bisa di luar masa liburan biar rada sepi, atau cari penginapan yang jauh ke dalam.

Perjalanan dari Pelabuhan Bangsal ke Mataram

Di Bangsal, waktu mau ke Mataram, nyari taksi online rada susah dan tarifnya lebih mahal dari rute sebaliknya, sekitar Rp 151.000 versus 120.000 pas berangkat.

Biasanya kita akan ditawari taksi offline (mobil pribadi dijadikan mobil carteran one way). Nego aja tarifnya.

Sebaiknya hati-hati sama calo karena dia cuma nawarin, bukan yang punya mobil. Kemarin saya ternyata lewat calo, bayar Rp 50.000 di awal untuk dia dan sisa Rp 100.000 baru ke supir saat turun nanti. Kalau langsung ke supirnya, harusnya sih bisa hemat Rp 50.000, ya. However, saya enggak punya trik mengetahui mana yang calo atau supir selain lewat hafal muka.

Supir taksi offline saya baik. Dia ngelewatin kita ke jalur scenic lewat Senggigi dibanding jalur tercepat yang kami tempuh menuju Bangsal sebelumnya. Berkelak-kelok tapi pemandangannya tjakeupp pantai-pantai dan resort-resort.

Dia malah nawarin mampir ke Senggigi dan ke toko oleh-oleh, without additional cost. Sayang saya enggak nanya nomornya. Mobilnya sih Avanza silver (so unspecific). 😅

Review Nutana Hotel Mataram

Di Mataram, saya nginep di Hotel Nutana yang rate-nya cuma Rp 200.000 lewat Airy. Murah, tapi dalemnya nyaman, lho. Kamarnya enggak terlalu gede tapi ambalan dan meja lipatnya bikin ruangan agak lega sekaligus fungsional. Letaknya juga di pinggir jalan, dekat KFC. Tarif tadi sudah termasuk sarapan buffet, lo.

Tapi budget hotel ini memang enggak punya kolam renang. Jendelanya juga menghadap ke dalam, tanpa riben, jadi saya enggak pernah buka tirai. 😁

Sisa waktu di Mataram of course kami habiskan dengan ngemol, belanja barang-barang yang sekiranya bakal lebih mahal di Sumbawa.

Biasanya kami pulang ke Sumbawa naik travel Titian Mas yang letaknya pas di sebelah Lombok Epicentrum Mall (LEM). Kami ambil jadwal jam 2 siang. Jadi, check out dari hotel, kami titip tas-tas di Titian Mas, lalu jalan kaki ke LEM. Makan siang, solat, window shopping. Jam 2 kurang 15 menit kami jalan kaki ke Titian Mas. Off we go!

Alhamdulillah perjalanan kemarin relatif lancar. Kami sampai kosan di Sumbawa pukul 20:30 WITA. Resmi back to reality. *sigh*

Semoga cerita saya soal perjalanan ke Gili Trawangan, Meno, dan Air beserta plus minus hotel yang saya inapi bisa membantu kamu dalam menyusun itinerary trip ke Lombok, ya!

No comments:

Post a Comment

Pendapat Anda?