03 May 2015

Travel: Bangkok Day 2 (Chatuchak dan Saman Islam)

Ini (26/04/2015) Minggu, dan ini waktunya kami ke Chatuchak Weekend Market! Yup, pasar semi terbuka yang konon terbesar di Asia ini hanya buka Sabtu dan Minggu.

Dari hotel, pukul 08:30, kami jalan kaki ke stasiun MRT Sutthisan. Sistem MRT-nya seperti di Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia. Bedanya dengan di Kuala Lumpur, di Bangkok ticket vending machine-nya cuma ada dua tapi loketnya bisa untuk membeli tiket (di KL cuma untuk menukar uang jadi pecahan kecil yang diterima mesin). Mesin menerima uang kertas dan koin serta bisa memberikan uang kembalian (koin). Penumpang masuk dan keluar gate dengan token. Dari Sutthisan ke Chatuchak (4 stasiun), biayanya 26 baht (Rp 10.400) per orang.

Info rute yang terpajang di dinding mudah dipahami. Anda cukup mengetahui nama stasiun asal, tujuan, dan stasiun ujung yang searah dengan tujuan Anda. Misalnya, dari Sutthisan saya mau ke Chatuchak, stasiun ujungnya adalah Bang Sue. Jadi saya naik MRT arah Bang Sue.

Saat di dalam MRT, stasiun berikutnya diinfokan lewat speaker dua kali, masing-masing dengan Bahasa Thailand dan Bahasa Inggris. Di TV, di bawah iklan, juga terdapat nama stasiun berikutnya dalam dwibahasa. Jadi, kemungkinan terlewat stasiun tujuan minim.

Turun di Stasiun Chatuchak, informasi pintu keluar juga terpampang jelas. Untuk ke Chatuchak Weekend Market, ambil exit nomor 1 (if I'm not mistaken). Anda akan keluar di Chatuchak Park.

Melihat taman, langsung saya mengalungkan kamera serta mengeluarkan ponsel dan tongsis. Keduanya saya gunakan bergantian untuk selfie bersama mama saya.

A bright day in Chatuchak Park



Taman Chatuchak ini bersih karena petugas kebersihan selalu berjaga. Bangku-bangkunya berfungsi baik. Ada danau serta pohon-pohon palem. Selain itu, di sini juga ada puluhan burung dara. Beli saja makanannya berupa kulit roti (sebungkus kecil 10 baht atau Rp 4.000) dan taburkan, maka burung-burung jinak itu akan langsung menuju Anda dan berebut makanan. Untuk Anda yang mau piknik-piknik lucu, tersedia sewa tikar keliling.

Mom was feeding the birds


Matahari hari ini cerah, jadi terlalu lama di taman terasa panas juga. Kamipun menuju weekend market. Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya ketemu juga jalan masuk ke pasar besar ini. Dan stand pertama yang kami lihat ramai diantre adalah Coconut Ice Cream!



Dengan membayar 35 baht (Rp 14.000), Anda akan mendapatkan es krim rasa kelapa di dalam batok kelapa muda. Anda bisa menambahkan topping sesuka hati. Ada kolang-kaling, sari kelapa, nangka, kacang tanah, dll. Nyam...

Kamipun mulai menjelajah pasar, berjalan ke arah yang tak tentu, tergantung ke mana kaki ini membawa. Tempat ini memang direkomendasikan. Segala macam ada, mulai dari aksesoris lucu-lucu, pakaian, sampai beragam keperluan hewan. Kalau ada barang yang membuat Anda tertarik, saran saya, sebaiknya Anda beli daripada menyesal di kemudian hari seperti saya (karena tidak bisa balik lagi ke Chatuchak yang hanya buka weekend). Do bargain to get the best price. Rata-rata penjual di sini juga paham sedikit Bahasa Inggris, jadi Anda tak perlu khawatir bertransaksi. Saya, sih, bawa kalkulator juga untuk mempermudah jual-beli.

Menjelang makan siang, kami bertanya ke sana-sini di mana Saman Islam berada. Tempat makan halal ini cukup terkenal, namun beberapa orang yang saya tanyai di sana butuh waktu beberapa lama untuk memahami maksud saya. Dari pada repot, lebih baik Anda tanya di mana tower (menara) berada, karena Saman Islam ada di dekat situ.

Tempat ini seperti warung terbuka. Ada lauk yang bisa Anda pilih, bisa pesan dari kios mi, atau pesan dari daftar menu. Tapi soal harga, menurut saya lumayan mahal. Nasi putih, beef curry, dan semacam capcay dihargai 150 baht (Rp 60.000), sedangkan pad thai saya 200 baht (Rp 80.000)! Wah, di Jakarta, uang segitu sudah dapat makanan di restoran casual di mal, bahkan lengkap dengan minumnya.

Tapi jangan salah, porsi pad thai-nya besar plusss seafood-nya sama sekali tak pelit diberikan. Udangnya besar-besar, kerangnya banyak, bahkan juga ada separuh badan kepiting. Menurut saya bumbunya lumayan enak dengan sedikit rasa asam. Tauge dan daun bawang besar-besar bercampur dalam pad thai yang kenyal seperti kwetiau. Pelengkapnya berupa irisan mangga muda, pegagan, dan jeruk nipis.

Pad Thai porsi besar!

Saya juga memesan es longan (50 baht atau Rp 20.000, kalau tidak salah ingat) yang manis. Oh iya, Saman Islam ini bisa jadi tempat Anda bertemu dengan orang Indonesia atau sesama muslim, lho.

Kami melanjutkan keliling-keliling. Buat Anda yang doyan belanja, disarankan bawa ransel untuk mempermudah membawa belanjaan. Kami jajan mango sticky rice (69 baht, Rp 27.600) di tempat yang khusus berjualan dessert mangga. Enak! Ketannya legit dan gurih santan, berpadu dengan potongan mangga segar yang manis dan siraman kuah kental.

A MUST TRY

Selain itu kami juga jajan orange juice dalam botol kecil yang rasanya unik karena sedikit asin, serta garlic bread hangat yang ditusuk stik. Masing-masing 20 baht (Rp 8.000). Semua jajanan tersebut ada di sekitar Stasiun MRT Kampaeng Phet.

Saya sempat tertarik mencoba Thai massage (30 menit: 150 baht atau Rp 60.000 untuk kaki dan bahu). Namun karena belanjaan sudah banyak dan lelah, kami memilih pulang ke hotel via MRT Kampaeng Phet. Benar saja, kami langsung tertidur pulas!

See you at day three!

*asumsi 1 baht: Rp 400

---

Artikel terkait:

No comments:

Post a Comment

Pendapat Anda?