22 March 2021

Dari Mager Jadi Workout-Lover

Monmaap enggak ada foto before-after saya karena: 1. Jarang foto, 2. Enggak bisa foto pake baju ketat atau terbuka untuk menunjukkan otot (tsahh)


Tubuh saya sejak dulu agak mudah gemuk dan kurus. Pernah di titik terendah (52 kg dengan tinggi badan 157 cm) saat anak masih menyusu dan digendong ke mana-mana. Tapi, selesai menyapih, berat badan saya cenderung naik. Puncaknya adalah di Lebaran tahun lalu, waktu saya makan kue kering enggak terkontrol. Sejak itu, saya merasa gendut.

Berat badan yang sempat turun sampai titik terendah dalam sejarah saya dewasa (52 kg), kembali ke angka 65 kg. Saya mulai panik ketika angka timbangan memecahkan rekor, 66 kg, 67, lalu hampir menyentuh angka 68.

Saya yang tidak suka olahraga karena malas berkeringat memilih cara instan, yaitu detoks dengan minuman herbal. Selama tiga hari, saya hanya minum minuman tersebut tiga kali sehari dan air putih. Saya yang doyan makan kadang tak tahan, lalu cheating sedikit. Alhamdulillah tetap turun 2 kg di akhir detoks.

Tapi, hobi makan ditambah kurang bergerak membuat berat badan saya kembali naik. Saat mengaca sehabis mandi, saya geli dengan bentuk tubuh saya yang tidak karuan. Bahkan, sempat payudara saya terasa sakit. Saya takut ini ASI yang tidak keluar lalu berubah menjadi tumor, keturunan dari mama. Ternyata, penyebabnya adalah bra yang kesempitan! Saya juga mulai merasakan double chin. Wah, ini sudah tidak bisa dibiarkan!

Titik Balik

November tahun lalu, saya mulai bertekad berolahraga. Selain karena sudah terlalu gemuk, waktu saya lebih luang karena tinggal sementara di rumah orang tua, suami di luar kota, dan anak sudah mulai mandiri dan banyak yang menjaga. Saya berniat, saat suami pulang dua bulan lagi, saya harus lebih glowing. Sebenarnya bukan hanya untuk suami, sih, tapi juga kepuasan diri sendiri.

Target saya tidak muluk-muluk. Sebagai orang yang tidak suka berolahraga, saya meniatkan setiap hari harus bergerak aktif. Minimal jalan kaki ke warung atau membersihkan rumah, lah. Saya juga selang-seling main dance di aplikasi dan zumba di YouTube. Karena, meski saya tidak suka berolahraga, saya suka dance.

Start small and start with what you love. Ternyata cara ini berhasil membuat saya rajin berolahraga. Lama-lama, saya jadi kurang puas kalau dance saja, merasa lemak kurang terbakar. Akhirnya saya pakai aplikasi fitnes di rumah, bergantian melatih area perut, bokong, dan seluruh tubuh. Saya juga mencoba workout yang lumayan menguras keringat di YouTube.

Lalu, karena mulai bingung harus mencari video workout apa lagi di YouTube, saya ikut program 30 hari olahraga low impact untuk pemula, overweight, dan obesitas. Program ini sudah selesai saya ikuti, dan ternyata saya cocok dengan workout seperti ini. Tidak perlu lompat-lompat atau lari-lari, tapi terlihat hasilnya. Setiap hari gerakannya juga berbeda. Karena antusias, tak jarang saya mengecek video workout untuk esok hari, semalam sebelumnya.

Saya pernah dengar bahwa untuk memulai kebiasaan baru, kamu harus menjalaninya selama 40 hari penuh. Dan yes, saya rasa saya mulai menganggap olahraga sebagai kebutuhan saya setiap hari. Tentu saja saya pernah bolos 1-2 hari tanpa workout. Tapi, percayalah, ada rasa bersalah menyia-nyiakan waktu. Akhirnya besoknya saya berolahraga dua kali lipat untuk menebusnya.

Efek Setelah Rajin Berolahraga

Apa efeknya setelah berolahraga (hampir) setiap hari selama lima bulan? Awalnya saya menimbang badan setiap beberapa jam sekali. Sejauh ini timbangan baru turun dua kilogram, sih. Tapi, saya sudah tidak terlalu peduli dengan angka, tuh. Sebab, bisa jadi lemak saya sudah menjadi otot.


Buktinya, saya merasa lebih in shape. Perut tidak bleberan seperti dulu, pinggang terlihat mengecil, payudara dan bokong yang kendurpun tampak mengencang. Sayang, dulu saya tidak mengukur massa otot dan lingkar badan sebelum memulai rutinitas olahraga sebagai perbandingan.

Saya juga merasa lebih glowing. Selain karena saya membiasakan pakai skin care dan sudah ketemu rangkaian perawatan kulit yang cocok, saya merasa olahraga juga berkontribusi. Keringat yang keluar membuat kotoran terbawa, belum lagi endorfin yang dihasilkan dari berolahraga. Suami bilang saya lebih cerah, sayapun merasa kulit saya lebih sehat dan tidak kusam.

Mudah-mudahan saya bisa meneruskan rutinitas berolahraga ini sampai tua. Sebab short-term goal saya adalah bisa makan enak tanpa penyakitan, sedangkan long-term goal saya adalah tetap lincah, produktif, dan up-to-date di masa tua nanti!

Alasan Malas Berolahraga

Biasanya ini alasan-alasan orang enggan berolahraga (saya mengalami sendiri) berikut argumen untuk membantahnya:

1. Enggak punya uang untuk daftar membership gym. Ini bukan alasan untuk enggak berolahraga. Di rumah malah lebih fleksibel waktu dan pakaian, lho. Kecuali kalau kamu tipe yang kalau sudah daftar gym jadi "terpaksa" rajin supaya tidak mubazir, enggak perlulah bayar-bayar. Nanti alasannya magerlah karena gym-nya jauh, tidak sempat ke gym, dan sebagainya.

2. Belum beli baju olahraga? Cewek berhijab kayak saya bisa olahraga pake daster pendek di rumah, lho.

3. Tidak sempat karena banyak kerjaan di rumah. Girls, you have to make time for exercise! Make it your priority, dengan demikian kamu akan mengusahakan ada waktu untuk itu. Misalnya, olahraga sehabis subuh sebelum orang rumah pada bangun dan rutinitas dimulai. 15-30 menit per hari cukup, kok.

4. Tidak ada pelatih? Bersyukurlah hidup di zaman internet. Apa-apa bisa dicari pakai ujung jari dan gratis. Di YouTube banyak tutorial, aplikasi fitness juga banyak.

5. Tidak ada peralatan olahraga. Pakai yang ada saja! Belum punya yoga mat, saya pakai perlak bayi yang sudah tidak dipakai (ups!). Tidak ada dumbell, pakai botol minum diisi air. Lagipula, banyak, kok, olahraga yang bisa dilakukan tanpa alat khusus. Cari tahu, deh.

Tips Membuat Benci Olahraga Menjadi Cinta

Saya punya sedikit tips menumbuhkan kecintaan akan olahraga untuk kamu yang mager tapi mau punya tubuh ala #bodygoals:

1. Tentukan strong why-mu alias motivasi kuat kenapa kamu berolahraga. Kalau saya, biar bisa makan enak dan biar pas tua tetap sehat dan awet muda. Jadi, pas kamu lagi males berolahraga, ingat lagi tujuanmu.

2. Mulai dari hal kecil dulu. Pasang target yang bisa dicapai agar bisa dilakukan konsisten dengan hati senang. Jangan muluk-muluk. Misalnya, kalau sudah mencuci banyak baju banyak pakai tangan, itu sudah dihitung “bergerak”. Namun, kalau mau menambah aktivitas fisik lagi, tentu boleh.

3. Mulai dengan olahraga ringan kalau kamu baru mencoba olahraga, sudah berbulan-bulan tidak olahraga, atau kegemukan. Tujuannya agar kamu tidak cedera lalu kapok berolahraga. Coba olahraga low impact dulu atau yang judulnya untuk pemula. Jangan lupa pemanasan dan pendinginan.

4. Mulai dari hal yang disuka. Misalnya saya suka dance, maka saya coba aplikasi dance dan nonton video zumba. Kalau kamu suka jalan santai sambil menikmati pemandangan sekitar, rutinkan jalan pagi dan/atau sore keliling kompleks. Suka main drum dan butuh stress release? Bisa coba pound fit. Skipping dan main bulu tangkis juga oke. Olahraga banyak jenisnya, kok.

5. Ukur berat badan, massa otot, dan lingkar badan (pinggang, lengan, paha, dll) sebelum mulai komitmen rutin berolahraga. Jadi nanti kamu bisa mengukur seberapa banyak penurunannya. Tapi, jangan sedikit-sedikit nimbang, ya. Kalau mau nimbang, coba pas baru bangun tidur, sudah buang air kecil, tapi belum minum. Mungkin frekuensi ukur-ukur ini bisa dilakukan seminggu sekali.

6. Kalau mau menurunkan berat badan dengan lebih cepat dan kesehatan lebih terjaga, pola makan juga harus diperbaiki. Saya mengurangi nasi dan memperbanyak lauk. Kalau lagi malas makan, saya minum minuman detoks dan meal replacement. Lumayan untuk mengurangi kalori yang masuk ke tubuh. Idealnya sih juga mengurangi asupan gula, ya. Tapi untuk ini saya masih struggling karena saya doyan manis.

Percaya atau tidak, saking dulu enggak suka sama olahraga, saya sampai berpikir apa perlu saya dihipnotis biar suka berolahraga. Soalnya saya senang melihat bodi slender tapi berotot kayak Cinta Laura. Ternyata, enggak perlu hipnotis, kok. Berarti, kamu juga bisa! Yuk, semangat, yuk!

Catatan: Tulisan ini adalah update dari artikel saya yang terpilih sebagai finalis di LINE TODAY Life Writing Contest ‘Glowing You’. Baca versi aslinya di sini.

No comments:

Post a Comment

Pendapat Anda?