12 September 2016

Travel: Wisata Kebun Durian Warso Farm

I'm a huge fan of durian. Kayaknya sih gara-gara waktu mama mengandung saya dulu, pas hamil tua, beliau makan durian. Katanya setelah itu saya muter-muter di perut. Mungkin joget kegirangan. Makanya, saya sekarang doyan banget durian.

Nah, akhir-akhir ini saya sering melihat foto durian Musang King di Instagram pakar kuliner senior Indonesia, William Wongso. Musang King ini katanya adalah durian termahal dan enak banget, asalnya dari Malaysia. Katanya sekarang lagi musim di sana, makanya KBRI kebanjiran durian Musang King dan Pak William kayaknya hampir setiap hari sarapan pakai itu plus kopi. :O

Di Jakarta, kadang Musang King dijual di supermarket kelas A atau supermarket buah. Konon harganya bisa mencapai Rp 350.000 per dua biji. Biji, lho, bukan buah! *cry a river* Pas kantor saya yang dulu dikirimi Musang King tiga biji dari Pak William, saya hampir nekat ke sana sepulang kantor demi bisa mencicipi kenikmatan duniawi tersebut. Tapi akhirnya saya mengalihkan pikiran saya ke durian lokal saja yang lebih terjangkau. Dan saya langsung terbayang Warso Farm.


Kebun Durian Warso Farm terletak di Kabupaten Bogor, tepatnya di daerah Cihideung. Walau di Google Maps kelihatannya jauh banget, ternyata tempat ini bisa dijangkau dalam waktu 2 jam saja dari rumah saya di Jakarta. Itu kalau kondisi jalanan lancar. Saya berangkat jam 06:45, soalnya mama sudah ngebet banget makan durian dan membangunkan saya jam 04:00 untuk siap-siap berangkat. :))

Saya lewat tol Jagorawi, keluar tol Bogor, belok kiri ke arah Tajur, lalu mengikuti GPS atau petunjuk ke arah Cihideung. Saya sempat kelewatan karena pintu masuknya pas di tanjakan dan papan namanya tidak terlalu mencolok. Saya baru sadar sudah sampai saat melihat Dapoer Warso di sebelah kiri. Ternyata Warso Farm ada di sebelahnya.

Masuk sini tak perlu bayar. Di area depan ada parkiran, musala, warung es dan serabi, dua restoran, dan satu tempat membeli durian. Plus, ada satu buah patung raksasa durian dan satu patung buah naga.

Patung durian dan buah naga raksasa. Berkali-kali ibu saya menyatakan ketakjubannya akan betapa miripnya patung ini dengan durian aslinya. :))

Karena masih pagi, saya dan keluarga masuk ke kebun dulu sebelum makan. Kami disambut dengan air mancur di tengah kolam bawal ganas (yes, tertulis seperti itu plus ada larangan mencelupkan tangan ke dalam kolam). Di sebelahnya burung merpati silih berganti masuk ke kandang.

Kolam bawal ganas :))

Setelah melewati jembatan di atas kali kecil, kami memasuki 'hutan'. Diawali dengan 'pemandangan' papan nama Warso Farm, tulisan 'tidak boleh memetik bunga atau buah di kebun' dan sebuah warung jajanan, kami berjalan menanjak perlahan dengan pohon jambu Jamaika, durian, melinjo, dan sesekali sukun, nangka, cempedak, rambutan, bahkan petai di kanan-kiri kami. Namun jarang pohon yang berbuah. Mungkin sedang tidak musim.

Jembatan penghubung area depan dan kebun

Beragam pepohonan di dalam kebun

Pohon nangka yang sedang berbuah

Beberapa kali kami melihat taman bermain serta bangunan semacam tempat menginap dan aula. Tak salah, memang, kami datang ke sini pagi-pagi. Menghirup udara segar dan sejuk plus melihat pemandangan hijau-hijau, rasanya damai sekali. Kami juga sempat duduk di semacam gazebo yang menghadap Gunung Salak dan kolam ikan. Seperti cuma kurang teh manis hangat dan pisang goreng. Nikmatnya...

Taman bermain

Aula yang bisa dipakai untuk acara saat gathering
Saung dan pemandangan di depannya
Pemandangan Gunung Salak dan sekitarnya dari saung

Di ujung perjalanan, ada kebun yang hanya berisi pohon-pohon buah naga. Kebun ini dibatasi dengan pagar. Waktu itu pagarnya tidak dikunci, jadi kami masuk saja ke dalamnya. Di sana, kami menikmati pemandangan tanah berbukit penuh dengan pohon buah naga yang seperti kaktus dengan latar belakang gunung yang tertutup awan. Saya menghirup nafas dalam-dalam, memenuhi rongga paru-paru dengan oksigen segar yang sulit ditemui di ibukota.

Kebun buah naga

Selesai berjalan-jalan di kebun, kami mampir ke salah satu dari empat tempat makan yang ada di dekat parkiran tadi. Tempat makan bernama Dapoer Warso ini luas dan bersebelahan dengan kolam ikan. Karedok, sate kambing, bakso, dan cheese burger yang kami pesan lumayan enak secara bumbu, tapi overall kurang mantap. Harganya juga lumayan mahal, mungkin karena ada di tempat wisata.

Salah satu restoran di Warso Farm

Setelah mengisi perut, kami menuju saung tempat membeli durian. Dinding anyaman rotannya dipasangi pigura-pigura kliping koran tentang liputan Warso Farm di media dan foto si pemilik kebun, Bapak Warso, pensiunan TNI yang kini sudah meninggal dunia.

Warung tempat membeli dan menikmati durian

Di bayangan saya, tersedia berbagai macam durian yang bisa saya pilih. Ternyata, saat itu hanya ada durian Rancamaya, durian lokal Bogor. Harganya Rp 55.000/kg. Satu buah durian beratnya sekitar 2 kg lebih, atau seharga sekitar Rp 130.000. Durian ini tidak ditimbang lagi karena di batang buahnya sudah ada label beratnya.

Si penjual akan mencongkel sedikit daging durian untuk kita cicipi dulu. Kalau puas dengan rasanya, ia akan membelah durian tersebut dan kita bisa membawanya dengan piring anyaman bambu ke meja yang tersedia. Anda bisa menukar durian yang sudah Anda makan jika ternyata rasanya kurang enak.

Durian Rancamaya ini berdaging tak begitu tebal dan wanginya tak terlalu menyengat. Durian pertama yang kami coba manis namun sedikit terlalu matang, jadi agak asam di beberapa bagian karena mulai berfermentasi. Tapi durian yang kami bawa pulang pas matangnya. Wah, rasanya harus makan satu buah durian sendiri biar puas!

Durian Rancamaya :9

Setelah itu, kami mampir juga ke warung serabi durian dan es krim durian, dan memesan keduanya. Es krim duriannya dijual dengan harga Rp 10.000 per cup kecil. Anda bisa request es krimnya saja (ori) atau ditambahi topping seperti potongan roti tawar dan mesis cokelat. Rasanya lumayan, gurih santannya terasa.

Kalau serabi duriannya tersedia dalam varian original, keju, pisang, cokelat, dan cokelat keju. Semuanya bisa dibeli dengan harga Rp 12.500 per buah. Serabi ini hanya satu tangkup per porsi, tapi besar. Saus duriannya sepertinya menggunakan pasta karena rasa duriannya tidak terasa, hanya manis saja. Sebaiknya Anda menikmati serabi langsung di tempat selagi hangat karena bagian bawahnya agak keras.

Saya menepuk-nepuk perut, kekenyangan. Lumayan juga short trip kali ini. Oh, iya, kalau Anda mau berkunjung ke kebun yang beroperasi sejak 1 April 2008 ini, saya sarankan datang di hari Sabtu atau Minggu pagi. Sebab, kebun hanya dibuka untuk umum saat akhir pekan. Kalau sudah siang, jalan-jalan di kebun juga jadi kurang asyik karena panas. Selamat berkunjung ke Warso Farm!


Kebun Durian dan Buah Naga Warso Farm

Alamat: Desa Cihideung, Kelurahan Cipelang, Cijeruk, Bogor



Telepon: 0251-211343, 0251-211344

Jam buka: setiap hari, 07:00-17:00

No comments:

Post a Comment

Pendapat Anda?